Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Indonesia Mengayuh di Antara Brics dan Barat

7 Desember 2024   19:24 Diperbarui: 13 Desember 2024   05:25 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden China Xi Jinping (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah), dan Perdana Menteri India Narenda Modi (kanan) saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-16 BRICS di Kota Kazan, Rusia, Rabu (23/10/2024).(RIA NOVOSTI/ALEXEI DANICHEV via BRICS RUSSIA 2024)

Risiko dan tantangan bagi Indonesia

Bergabung dengan BRICS dapat memicu tekanan politik dan ekonomi dari Barat, termasuk sanksi tidak langsung atau hambatan perdagangan.

Indonesia harus berhati-hati untuk tidak terlihat terlalu berpihak pada BRICS sehingga kehilangan fleksibilitasnya dalam bernegosiasi dengan Barat, termasuk AS dan Uni Eropa.

Jika BRICS semakin dianggap sebagai blok anti-Barat, Indonesia berisiko terjebak dalam persaingan geopolitik besar yang tidak sepenuhnya sejalan dengan kepentingan nasional.

Pendekatan pragmatis Prabowo

Presiden Prabowo tampaknya ingin menyeimbangkan hubungan dengan Barat dan BRICS. Kehadiran Menlu Sugiono di KTT BRICS Plus 2024 adalah sinyal keterlibatan strategis tanpa langsung menjadi bagian penuh dari blok tersebut. Ini mencerminkan langkah pragmatis untuk mengevaluasi manfaat dan risiko sebelum membuat keputusan final.

Langkah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS sejalan dengan tujuan memperkuat kedaulatan ekonomi dan politik di tengah tatanan dunia multipolar. Namun, tantangan baru seperti kembalinya Donald Trump dan perubahan geopolitik middle-east menuntut Indonesia untuk bersikap lebih hati-hati. 

Pendekatan terbaik adalah memanfaatkan keanggotaan BRICS sebagai alat diplomasi ekonomi tanpa mengorbankan hubungan strategis dengan Barat. Fleksibilitas dan pragmatisme adalah kunci untuk memastikan kepentingan nasional tetap terjaga.

Lihat:

https://www.tempo.co/politik/prabowo-ungkap-keseriusan-indonesia-gabung-brics-saat-di-brasil-1169675

https://www.antaranews.com/berita/4473685/prabowo-sampaikan-komitmen-bawa-ri-bergabung-di-brics-sejak-2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun