Masa depan sistem keuangan global
Dominasi dolar sedang diuji oleh beberapa faktor, termasuk teknologi finansial baru, yi sistem pembayaran alternatif seperti CIPS dan kemungkinan penerapan mata uang digital oleh bank sentral (CBDC) dapat mempercepat diversifikasi.
Kesepakatan bilateral dan multilateral antara BRICS dan negara lainnya menandai langkah menuju sistem yang lebih multipolar.
Sebagai ekonomi terbesar dunia, AS masih memiliki posisi kuat. Namun, ancaman Trump justru dapat memicu negara-negara lain untuk mempercepat upaya diversifikasi guna melindungi kedaulatan ekonomi mereka.
Prospek dan Implikasi
Ancaman Trump kemungkinan mempersulit hubungan perdagangan AS-BRICS dan dapat memperburuk ketegangan geopolitik. Namun, efek langsung pada dolar mungkin terbatas karena skala besar ketergantungan global terhadap dolar.
Jika strategi BRICS berhasil, dominasi dolar bisa terkikis perlahan, mempercepat transisi ke sistem keuangan multipolar. Hal ini akan mengurangi kekuatan sanksi finansial AS tetapi juga dapat menciptakan lebih banyak volatilitas dalam sistem global.
Ancaman tarif dari Trump mencerminkan tantangan geopolitik baru di era multipolaritas. Sementara dominasi dolar tidak mungkin berubah secara drastis dalam waktu dekat, upaya BRICS menandai pergeseran signifikan dalam sistem keuangan global. Jika negara-negara ini berhasil menciptakan alternatif yang kredibel, ancaman Trump bisa menjadi katalis bagi perubahan yang lebih besar. Namun, upaya ini membutuhkan waktu, koordinasi strategis, dan keberlanjutan ekonomi di antara negara-negara BRICS.
Mengayuh di antara BRICS dan Barat
Presiden Prabowo Subianto telah menunjukkan ketertarikannya untuk membawa Indonesia bergabung dengan blok ekonomi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Hal ini terlihat dari keputusannya untuk menugaskan Menlu Sugiono untuk menghadiri KTT BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia.
Kehadiran Sugiono di KTT tersebut dinilai sebagai bukti komitmen Indonesia untuk terus berperan aktif dalam forum-forum internasional dan memperkuat hubungan dengan negara-negara anggota BRICS. Ini juga menunjukkan langkah Prabowo untuk memperluas jaringan diplomasi Indonesia di luar Barat.