Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mewaspadai Political Decay

4 Desember 2024   18:46 Diperbarui: 4 Desember 2024   19:51 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Effendi Simbolon bersama Hasto dan Watubun. (Sumber : nasional.kompas.com).

Pemecatan dan konflik internal seringkali disebabkan oleh ketidaksesuaian sikap kader dengan garis kebijakan partai. Ketidakmampuan untuk mengakomodasi pandangan alternatif dapat melemahkan vitalitas partai dalam jangka panjang.

3. Eksodus kader berkualitas

Mundurnya figur-figur seperti Budiman Sudjatmiko, Maruarar Sirait, dan Effendi Simbolon menunjukkan adanya ketidakpuasan di tingkat elite partai. Kehilangan kader yang punya pengalaman dan jaringan luas bisa melemahkan kapasitas institusional partai.

Namun, apakah Ini political decay sepenuhnya. Di sisi lain, tidak semua dinamika ini dapat langsung dikategorikan sebagai political decay.

Ada beberapa penjelasan alternatif :

1. Dinamika alamiah partai besar

Dalam partai politik besar seperti PDI-P, perbedaan kepentingan dan konflik internal adalah hal yang wajar. Pergantian atau keluarnya kader yang merasa tidak lagi cocok dengan arah partai merupakan bagian dari seleksi alami.

Partai mungkin memandang tindakan disiplin sebagai cara untuk menjaga stabilitas dan kohesi internal di tengah persaingan politik yang semakin ketat.

2. Adaptasi strategis partai

Dalam beberapa kasus, tindakan keras terhadap kader yang dianggap "menyimpang" adalah upaya partai untuk menunjukkan ketegasan kepada publik bahwa mereka masih konsisten dengan garis ideologi dan kebijakan.

3. Dampak terhadap masa depan PDI-P

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun