Jokowi, meskipun berasal dari PDI-P, seringkali mengambil langkah politik yang tidak selalu selaras dengan kepentingan partai, terutama menjelang akhir masa jabatannya.
Dalam konteks ini, pertemuan Effendi dengan Jokowi mungkin dianggap sebagai ancaman terhadap otoritas partai, karena membuka kemungkinan pengaruh di luar struktur resmi PDI-P.
Universalitas atau kekhususan aturan
Kekhususan. Aturan seperti ini tidak berlaku universal. Partai politik memiliki otonomi dalam menetapkan mekanisme disiplin internalnya. Apa yang diterapkan PDI-P belum tentu berlaku di partai lain. Misalnya, beberapa partai mungkin lebih toleran terhadap perbedaan pendapat internal.
Universalitas. Pada tingkat umum, hampir semua partai politik memiliki prinsip dasar untuk menjaga kesetiaan kader terhadap kebijakan resmi partai, terutama pada isu-isu strategis seperti pemilu.
Implikasi pada demokrasi internal
Keputusan ini menyoroti gaya kepemimpinan PDI-P yang sangat sentralistik, dengan dominasi Ketua Umum dalam menentukan arah partai.
Meskipun disiplin partai penting untuk menjaga konsistensi, langkah seperti ini dapat memunculkan kritik bahwa partai kurang memberikan ruang untuk perbedaan pendapat atau diskusi yang sehat di dalam internal.
Respons Effendi Simbolon
Sikap Effendi yang memilih tidak memberikan pernyataan langsung kepada wartawan yang memburunya, tetapi mengirim gambar Paus Fransiskus dalam pesan WhatsApp bisa dimaknai sebagai bentuk protes simbolis atau ekspresi ketenangan dalam menghadapi situasi. Namun, ini juga menunjukkan ketegangan dalam hubungan antara kader dan partai yang telah memutuskan untuk memecatnya.
Pemecatan Effendi Simbolon mencerminkan dinamika internal PDI-P yang kompleks, di mana hubungan antara partai, kader, dan tokoh eksternal seperti Presiden Jokowi memainkan peran besar. Ini adalah contoh bagaimana aturan internal partai diterapkan secara selektif sesuai dengan konteks politik dan aktor yang terlibat.