Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Donald Trump Terpilih Kembali sebagai Presiden AS

6 November 2024   18:06 Diperbarui: 7 November 2024   04:32 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS. (Sumber: Brendan McDermid, reuters.com).

Kawasan Indo-Pacific pun dipastikan akan berubah di bawah kepemimpinan Trump. Melanjutkan diplomasi pingpong Nixon, boleh jadi Trump pun akan melancarkan aksi serupa dalam bentuk lain, misalnya bagaimana berbagi kawasan niaga di Indo-Pacific dengan Xi Jinping, asalkan Kim Jong Un tetap di bawah kendali China dan Taiwan tetap di bawah kendali Amerika. Krisis di Laut China selatan sudah saatnya diakhiri, dimana Amerika dan China dapat mengawasi lalu lintas pelayaran di kawasan itu secara terukur dan seimbang.

Jika Trump kembali memimpin, kemungkinan besar pendekatan AS terhadap kawasan Indo-Pasifik akan mengalami pergeseran menuju pragmatisme yang mencerminkan pola diplomasi "pingpong" Nixon. Di bawah Trump, strategi ini akan fokus pada keseimbangan kekuatan yang melibatkan pembagian peran strategis dan perdagangan dengan China, sementara tetap menjaga kepentingan-kepentingan inti AS.

Di masa kepemimpinan sebelumnya, Trump menunjukkan kemampuan untuk menekan China secara ekonomi melalui tarif, namun ia tetap terbuka terhadap negosiasi di mana ia melihat potensi keuntungan bersama. Pendekatan ini mengindikasikan Trump cenderung pragmatis, lebih menekankan hasil dibandingkan proses yang panjang. Trump kemungkinan besar akan mencoba berbagi tanggungjawab di Indo-Pasifik, terutama dalam hal pengelolaan lalu lintas laut di Laut China Selatan. Dengan demikian, ketegangan bisa mereda jika Amerika dan China sepakat dalam mekanisme pengawasan bersama yang jelas dan terukur.

Trump telah menunjukkan ketertarikannya untuk meredam ketegangan dengan Korea Utara melalui diplomasi langsung dengan Kim Jong Un. Namun, jika Trump kembali mengambil pendekatan realistis ini, ia akan memberi China peran yang lebih besar dalam mengekang pengaruh Korea Utara. Trump kemungkinan besar akan mengakui kendali China atas Korea Utara dapat bermanfaat bagi stabilitas kawasan dan mengurangi kebutuhan AS untuk berkonfrontasi langsung.

Taiwan adalah salah satu isu paling sensitif bagi China, yang menganggapnya sebagai bagian dari wilayahnya. Sementara itu, AS melihat Taiwan sebagai mitra strategis di Indo-Pasifik. Di bawah Trump, AS kemungkinan besar akan terus mendukung Taiwan secara diplomatis dan militer, namun ia juga bisa bersikap fleksibel dalam menyeimbangkan hubungan ini. Trump mungkin akan mempertimbangkan pendekatan status quo, di mana Taiwan tetap menikmati perlindungan AS, tetapi tanpa memprovokasi China untuk mengambil langkah drastis. Ini bisa menciptakan pemahaman bersama yang menguntungkan, meskipun rentan terhadap ketidakpastian jika terjadi perubahan kondisi politik.

Di bawah Trump, AS akan berfokus pada perjanjian perdagangan yang menguntungkan tanpa ketergantungan berlebihan pada aliansi formal seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), yang ditinggalkannya pada 2017. Sebagai gantinya, ia mungkin akan membangun hubungan perdagangan bilateral dengan negara-negara kunci di kawasan Indo-Pasifik, termasuk dengan China dalam bidang-bidang tertentu. Ini bisa membantu mengurangi ketergantungan kawasan pada satu negara, yang memungkinkan AS untuk tetap berpengaruh namun dengan risiko ketegangan yang lebih rendah.

Ketegangan di Laut China Selatan, yang merupakan jalur perdagangan global penting, telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena klaim teritorial dan aktivitas militer China di kawasan ini. Trump bisa saja menawarkan kesepakatan di mana AS dan China berbagi peran dalam mengawasi jalur ini untuk mengurangi risiko konflik. Dalam skenario ini, AS akan berusaha memastikan prinsip kebebasan navigasi tetap terjaga, sementara China mendapatkan pengakuan dalam bentuk pengawasan terkontrol di wilayah yang mereka klaim. Pendekatan ini dapat mengurangi ketegangan dan memberikan manfaat bagi stabilitas perdagangan global.

Trump cenderung lebih skeptis terhadap komitmen aliansi permanen yang dianggap membebani AS. Dalam konteks Indo-Pasifik, ia akan mendukung bentuk-bentuk aliansi yang fleksibel, di mana AS bekerjasama dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, India, dan Australia dalam isu-isu keamanan tertentu tanpa harus memperkuat keterikatan formal. Ini memungkinkan AS untuk menyeimbangkan pengaruh China tanpa perlu melibatkan dirinya terlalu jauh dalam konflik kawasan.

Kendati pendekatan berbagi peran ini bisa meredakan ketegangan, ia juga menghadapi risiko, terutama jika persepsi atau kepentingan antara AS dan China mulai berbeda. Ada kekhawatiran kesepakatan semacam itu dapat dilihat sebagai pembagian pengaruh (sphere of influence) yang memungkinkan China untuk mengendalikan kawasan dengan cara yang lebih besar dari sebelumnya. Hal ini juga dapat menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara yang lebih kecil di ASEAN, yang mungkin merasa terpinggirkan atau bahkan terpaksa berpihak pada salah satu kekuatan.

Pendekatan Trump yang fokus pada kesepakatan langsung dan pragmatis dengan China di Indo-Pasifik akan menciptakan kestabilan jangka pendek dengan memperjelas pembagian peran di kawasan. Namun, keberhasilan pendekatan ini bergantung pada keberlanjutan hubungan baik antara AS dan China serta kemampuan kedua negara untuk menghormati kesepakatan. Sementara AS dapat memperkuat kepentingannya dengan pengaruh yang lebih efisien, langkah ini juga berpotensi mengubah tatanan regional dan membuat kawasan Indo-Pasifik menjadi arena persaingan strategis yang lebih seimbang tetapi tetap kompleks.

At the end, semoga Donald Trump dapat mempertimbangkan dengan cermat dampak jangka panjang dari setiap kebijakan luar negeri yang ia ambil, khususnya di wilayah-wilayah sensitif seperti Indo-Pasifik, middle-east, dan Eropa Timur. Taktik pragmatis dan transaksional yang sering ia gunakan - yang dapat menghasilkan kesepakatan cepat - sebaiknya diseimbangkan dengan strategi berorientasi jangka panjang, terutama mengingat kompleksitas hubungan internasional saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun