Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kopi Blue Batak, Penamaan Ngawur

8 Oktober 2024   17:04 Diperbarui: 9 Oktober 2024   07:54 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani kopi. (Sumber :Anis Efizudin/Antara Via news.indozone.id). 

Yang disebut Kopi Blue Batak dalam pemberitaan yang belum lama ini saya baca dari sejumlah media seperti Detik Food sungguh menyesatkan.

Boleh jadi tester kopi yang jalan-jalan ke tanah Batak menemukannya tak sengaja di ketinggian tertentu, katakanlah di Pangaribuan, atau Sipoholon misalnya. Tapi yang pasti itu adalah Kopi Sigararutang atau Kopi Arabika Batak.

Memang kopi yang ditanam di satu area pun bisa berbeda auranya meski dari jenis yang sama. Tapi penamaan lain seperti Blue Batak tak bisa menjelaskan sesuatu yang penting bagi petani setempat dan komunitas Kopi nasional.

Fenomena "Kopi Blue Batak"

Penamaan "Kopi Blue Batak" merupakan sebuah fenomena menarik dalam dunia perkopian Indonesia, khususnya yang berasal dari tanah Batak seperti Pangarbuan di Tapanuli utara dan Parsoburan di Tobasa.

Penamaan ini memunculkan sejumlah pertanyaan mengenai akurasi, relevansi, dan dampaknya terhadap industri kopi lokal.

Kata "Blue" (biru) memang menciptakan kesan unik dan eksotis, seolah-olah kopi tersebut memiliki karakteristik rasa atau warna yang khas.

Penamaan ini mengadopsi tren penamaan produk yang modern dan kekinian, sehingga menarik minat generasi muda dan penikmat kopi yang mencari pengalaman baru.

Baca juga: Mitos Si Raja Batak

Nama yang unik dan menarik dapat meningkatkan daya tarik kopi di pasar internasional, terutama di kalangan konsumen yang mencari kopi single origin dengan karakteristik yang berbeda.

Kritik terhadap penamaan "Blue Batak"

Penamaan ini tidak memberikan informasi yang cukup mengenai asal-usul, varietas, atau proses pengolahan kopi. Hal ini dapat membingungkan konsumen dan mengaburkan identitas kopi Sigararutang dan/atau kopi Arabika Batak yang sebenarnya.

Penggunaan kata "Blue" yang tidak didasarkan pada karakteristik fisik kopi dapat menimbulkan ekspektasi yang tidak realistis pada konsumen.

Penamaan yang tidak berakar pada sejarah dan budaya lokal dapat dianggap sebagai upaya untuk mengomersialkan kopi tanpa menghargai warisan petani.

Penamaan yang tepat

Penamaan yang tepat memiliki peran yang sangat penting dalam industri kopi. Nama yang baik akan membangun reputasi yang kuat bagi suatu produk kopi dan menjadikannya mudah diingat oleh konsumen.

Nama yang unik akan membantu membedakan produk kopi dari kompetitor. Nama yang tepat dapat memberikan sinyal kepada konsumen mengenai kualitas dan karakteristik kopi.

Penamaan yang melibatkan petani dan mencerminkan identitas lokal akan memberikan penghargaan atas kerja keras dan pengetahuan mereka.

Penamaan yang lebih baik

Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh penamaan "Blue Batak", beberapa alternatif penamaan yang lebih baik dapat dipertimbangkan, seperti:

1. Berdasarkan varietas, misalnya, "Arabika Batak Typica" atau "Arabika Batak Bourbon".
2. Berdasarkan wilayah, misalnya, "Kopi Sigararutang".
3. Berdasarkan proses pengolahan, misalnya, "Kopi Arabika Batak Giling Basah" atau "Kopi Arabika Batak Natural".
4. Kombinasi, misalnya, "Sigararutang Peaberry Natural".

Contoh penerapan penamaan yang baik:

Kopi Sigararutang. Nama itu langsung mengacu ke Tanah Batak yang kaya dengan Kopi Arabika maupun Robusta

Kopi Gayo. Mengacu pada wilayah asal kopi di Aceh Tengah, sehingga konsumen dapat dengan mudah mengidentifikasi asal-usul kopi tersebut.

Kopi Luwak. Nama ini merujuk pada proses pengolahan kopi yang unik, yaitu melalui pencernaan oleh musang.

Harga yang adil

Yang penting bagi kita sekarang adalah bagaimana memastikan petani kopi mendapatkan harga yang adil atas hasil panen mereka?

Masalah ketidakadilan harga yang diterima petani kopi merupakan isu kompleks yang memerlukan pendekatan multisektoral dan berkelanjutan.

Untuk memastikan petani kopi mendapatkan harga yang adil atas hasil panen mereka, ada beberapa langkah yang dapat diambil.

1. Penguatan koperasi petani

Koperasi petani harus menjadi tulang punggung dalam memperjuangkan harga yang adil. Dengan menggabungkan kekuatan dalam satu wadah, petani memiliki daya tawar yang lebih besar dalam negosiasi dengan pembeli.

Selain menjual biji kopi mentah, koperasi dapat mengolah kopi menjadi produk jadi seperti kopi bubuk, kopi saset, atau bahkan membuka kedai kopi sendiri.

Hal ini akan meningkatkan nilai tambah produk dan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petani.

Koperasi dapat melakukan pemasaran bersama untuk meningkatkan visibilitas produk kopi mereka di pasar domestik maupun internasional.

Koperasi dapat memfasilitasi akses petani terhadap kredit permodalan untuk pengembangan usaha.

2. Transparansi rantai pasok yang lebih baik

Penerapan teknologi blockchain dapat melacak perjalanan biji kopi dari kebun hingga cangkir, sehingga setiap transaksi dapat dipantau dengan transparan.

Pengembangan platform digital yang menghubungkan petani dengan pembeli secara langsung dapat mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi.

Setiap kemasan kopi harus mencantumkan informasi lengkap mengenai asal usul kopi, varietas, proses pengolahan, dan harga yang dibayar kepada petani.

3. Sertifikasi dan standar kualitas

Selain sertifikasi Fair Trade, petani kopi dapat memperoleh sertifikasi organik, Rainforest Alliance, atau UTZ untuk meningkatkan nilai jual produk mereka.

Penetapan standar mutu kopi yang jelas dan konsisten akan membantu petani dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi permintaan pasar.

Implementasi sistem kontrol kualitas yang baik dari hulu hingga hilir akan menjaga reputasi kopi Indonesia di mata dunia.

4. Pendidikan dan pelatihan petani

Pelatihan yang komprehensif mengenai teknik budidaya, pengolahan pasca panen, dan pemasaran akan meningkatkan kualitas kopi dan produktivitas petani.

Petani perlu diberikan akses yang mudah terhadap informasi pasar, teknologi pertanian, dan kebijakan pemerintah.

5. Peran aktif pemerintah

Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengembangan sektor kopi, seperti pemberian insentif, perlindungan varietas lokal, dan fasilitasi ekspor.

Pemerintah harus membangun infrastruktur yang memadai, seperti jalan, gudang, dan pabrik pengolahan kopi, untuk mempermudah akses petani ke pasar.

Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk penelitian dan pengembangan varietas kopi unggul dan teknologi pengolahan kopi yang lebih efisien.

6. Keterlibatan perusahaan kopi

Perusahaan kopi besar dapat membeli kopi langsung dari petani tanpa melalui perantara, sehingga petani mendapatkan harga yang lebih baik.

Perusahaan kopi dapat menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang fokus pada peningkatan kesejahteraan petani, seperti pembangunan sekolah, puskesmas, atau infrastruktur desa.

Perusahaan kopi perlu membangun kemitraan jangka panjang dengan petani untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.

7. Peran konsumen

Konsumen perlu memilih kopi yang bersertifikasi dan berasal dari petani yang dibayar secara adil.

Konsumen yang bersedia membayar lebih untuk kopi berkualitas tinggi akan mendorong perubahan positif dalam rantai pasok kopi.

Konsumen dapat menjadi agen perubahan dengan mengedukasi keluarga dan teman-teman tentang pentingnya mendukung petani kopi.

Contoh praktik terbaik

Kopi Luwak. Meskipun kontroversial, kopi luwak menunjukkan konsumen bersedia membayar lebih untuk kopi dengan cerita yang unik dan proses produksi yang khas.

Kopi Toraja. Kopi Toraja berhasil membangun reputasi internasional dengan kualitas yang tinggi dan proses produksi yang berkelanjutan.

Kopi Gayo. Kopi Gayo telah berhasil mengorganisir petani dalam koperasi dan membangun merek kopi yang kuat.

Tantangan dan solusi

Pembentukan koperasi yang lebih besar dan kuat, serta dukungan dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah.

Pengembangan varietas kopi yang tahan terhadap perubahan iklim, penerapan praktik pertanian berkelanjutan, dan asuransi pertanian.

Diversifikasi produk, pembentukan dana cadangan, dan pengembangan produk turunan kopi.

Memastikan harga yang adil bagi petani kopi adalah upaya bersama yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut di atas, kita dapat membangun sistem yang lebih adil dan berkelanjutan dalam industri kopi, sehingga petani kopi dapat hidup sejahtera dan kopi Indonesia semakin dikenal di dunia.

***

Joyogrand, Malang, Tue', Oct' 08, 2024.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun