Dalam bukunya Nature's Garden dan The Forager's Harvest, Samuel Thayer membahas berbagai macam tanaman liar yang dapat dimakan dan banyak di antaranya kini telah menjadi makanan bagi warga Amerika.
Berikut beberapa contoh seperti sayuran liar al dandelion, chickweed, purslane, pokeweed, lamb's quarters, sorrel, wild mustard, dan amaranth; jamur seperti morels, chanterelles, puffballs, hen-of-the-woods, dan oyster mushrooms; buah-buahan liar seperti blackberry, raspberry, blueberry, elderberry, grape, dan persimmon; kacang-kacangan liar seperti acorns, hickory nuts, walnuts, dan hazelnuts; tumbuhan pangan lain seperti maple sap yang digunakan untuk membuat sirup maple; wild rice yaitu sejenis beras liar yang tumbuh di perairan dangkal; cattails yaitu sejenis umbi dan pucuknya yang dapat dimakan; daylilies seperti bunga dan tunasnya yang dapat dimakan.
Upaya Samuel Thayer dalam mendokumentasikan dan mempromosikan tanaman liar yang dapat dimakan telah membantu meningkatkan kesadaran tentang manfaat dan potensi sumber makanan ini. Karyanya telah menginspirasi banyak orang untuk menjelajahi alam dan mempelajari lebih lanjut tentang tanaman liar di sekitar mereka. Hal ini telah berkontribusi pada pertumbuhan gerakan foraging di AS dan di seluruh dunia.
Di Indonesia, terdapat beberapa individu yang telah berjasa dalam memperkenalkan tanaman liar sebagai pangan yang layak buat manusia seperti Dr. Ir. Pudjo Rahmadi, M.Sc, pakar etnobotani dari UGM yang telah meneliti dan mendokumentasikan berbagai tanaman liar yang dapat dimakan.
Rahmadi telah menerbitkan buku-buku dan artikel tentang topik ini, dan juga memberikan pelatihan dan lokakarya kepada masyarakat tentang cara mencari dan memanfaatkan tanaman liar. Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Ensiklopedia Tumbuhan Liar Pangan Indonesia".
Dr. Setiawan Dalimunthe, M.Si, Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI yang fokus pada penelitian tanaman liar yang berpotensi sebagai obat dan pangan. Dalimunthe telah menemukan dan mengembangkan beberapa tanaman liar yang memiliki nilai gizi dan manfaat kesehatan yang tinggi. Salah satu karyanya yang terkenal adalah penelitian tentang tanaman liar "porang" (Amorphophallus konjac) yang memiliki potensi sebagai bahan baku pangan dan obat.
Sumatera Utara adalah salah satu daerah di negeri ini yang memiliki kekayaan alam yang luarbiasa, termasuk berbagai tanaman liar yang dapat dimakan dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat-obatan. Tanaman andaliman dan tanaman rias misalnya telah menjadi bagian integral dari kuliner setempat dan diakui secara luas karena cita rasa dan khasiatnya. Harumonting, sebagai buah-buahan liar, juga memiliki potensi besar untuk dieksplorasi dan dikembangkan.
Eksplorasi hutan di wilayah Batangtoru, Pangaribuan, Samosir, dan sekitarnya dapat membuka peluang untuk menemukan spesies baru dan mempelajari manfaatnya bagi masyarakat.
Tanaman liar di Sumatera Utara perlu dieksplorasi lebih jauh karena dapat meningkatkan ketahanan pangan. Tanaman liar dapat menjadi sumber makanan alternatif yang bergizi dan terjangkau, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil; meningkatkan pendapatan. Pengembangan tanaman liar dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat, baik melalui penjualan hasil panen maupun pengolahan menjadi produk bernilai tambah; menjaga keanekaragaman hayati.Â
Eksplorasi dan pendokumentasian tanaman liar dapat membantu dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati; mengembangkan obat-obatan herbal. Tanaman liar banyak yang memiliki potensi sebagai obat-obatan herbal yang dapat membantu mengatasi berbagai penyakit.
Malang dan Jawa Timur pun memiliki potensi besar dalam hal tanaman liar yang dapat dimakan dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat-obatan. Cemondel, kunci, dan gadung adalah beberapa contoh dari kekayaan alam yang melimpah di wilayah ini.