Konflik antara Israel dan Palestina adalah konflik yang kompleks, lama, dan memiliki banyak akar masalah yang melibatkan sejarah, wilayah, agama, dan politik. Penyebab serangan-serangan Hamas seperti sekarang adalah hasil dari sejarah konflik yang panjang dan perasaan yang dalam dari kedua belah pihak.
Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa konflik tersebut terus berlanjut, bahkan semakin menggila.
Status Yerusalem, khususnya situs-situs suci di Yerusalem, adalah salah satu sumber konflik yang terus berlanjut antara Israel dan Arab-Palestina. Kedua pihak mengklaim Yerusalem sebagai ibukota mereka, dan ketidaksepakatan mengenai hal ini menjadi sumber ketegangan yang tak berkeputusan.
Sengketa atas wilayah pemukiman Israel di Tepi Barat, dan pembangunan tembok pemisah juga menjadi sumber konflik. Isu-isu teritorial ini menciptakan ketidakpuasan di kedua belah pihak.
Blokade Gaza oleh Israel telah berlangsung selama bertahun-tahun dan membatasi akses ke berbagai kebutuhan dasar, yang menciptakan kondisi ekonomi yang sulit dan ketegangan di Gaza.
Kegagalan upaya perdamaian sebelumnya, seperti Perjanjian Oslo, telah menciptakan rasa frustrasi di antara masyarakat Arab-Palestina dan Israel. Inilah antara lain pemicu ketegangan dan kecurigaan di kedua belah pihak.
Serangan oleh Hamas ke wilayah Israel selatan menyebabkan respons keras dari pihak Israel, yang pada gilirannya memicu lebih banyak serangan balasan dari IDF. Provokasi Hamas dan serangan balasan IDF semacam ini menciptakan spiral kekerasan yang memperburuk konflik.
Konflik ini tidak memiliki solusi yang sederhana, sebagaimana dibuktikan upaya-upaya perdamaian telah gagal berkali-kali. Meski upaya internasional terus berlanjut untuk mencari jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut, tetapi situasinya tetap sangat kompleks. Solusi jangka panjang memerlukan negosiasi yang cermat, komitmen dari semua pihak yang terlibat, serta dukungan masyarakat internasional.
Perubahan Kebijakan
Toksik culture ini harus ditangani secara bijaksana, dimulai dengan modifikasi kebijakan yang komprehensif dan perubahan sikap masyarakat.
Bagaimana cara mengatasi tantangan toksisitas ini dalam rangka menciptakan masyarakat yang lebih sehat.