Di sektor pendidikan, kebijakan anti-intimidasi yang komprehensif harus dikembangkan dan diterapkan secara agresif. Dalam industri media, pedoman harus dibuat untuk mencegah penyebaran stereotip beracun dan mendukung cita-cita yang positif dan inklusif.
Persepsi masyarakat mendasari norma-norma budaya dan karenanya, sangat penting dalam pemberantasan budaya toksik. Setiap orang mempunyai peran dalam mendekonstruksi perspektif yang merusak dan mendorong masyarakat yang lebih inklusif dan menerima.
Kesadaran dan pendidikan adalah yang terpenting. Masyarakat perlu dididik tentang dampak berbahaya dari perilaku beracun, dan kampanye kesadaran masyarakat dapat memainkan peran penting dalam upaya ini. Masyarakat juga harus mendorong dialog terbuka mengenai budaya toksik, menghadapi permasalahan ini secara langsung kertimbang menyembunyikannya.
Mengganti perilaku toksik dengan interaksi yang sehat memerlukan penanaman empati dan kecerdasan emosional secara aktif. Mendorong komunikasi dan pemahaman yang positif, merayakan keberagaman, dan mendorong rasa saling menghormati dapat membalikkan keadaan yang bertentangan dengan norma-norma beracun yang ada.
Selain itu, masyarakat secara keseluruhan harus bersatu melawan perilaku beracun ketika perilaku tersebut muncul ke permukaan. Intervensi pengamat, misalnya, memainkan peran penting dalam mencegah penindasan atau pelecehan di depan umum.
Budaya toksik adalah sebuah kenyataan yang tidak menguntungkan dalam masyarakat kita maupun dunia, yang sangat berdampak pada individu dan komunitas. Untuk dapat mengubah skenario yang merusak dari budaya toksik ini diperlukan pendekatan dua arah, yi perubahan kebijakan yang dapat ditegakkan dan perubahan pandangan masyarakat.
Mengembangkan masyarakat yang lebih sehat dan positif membutuhkan upaya tanpa henti dari para legislator, pendidik, pemberi pengaruh, dan individu. Hanya melalui tindakan yang komprehensif dan terpadu ini kita dapat berharap untuk menghilangkan budaya toksik. Dengan kata lain, Indonesia hanya dapat dibangunkembangkan dengan mengubah masyarakat terlebih dahulu, mengubah kesejahteraan emosionalnya, agar bisa menghormati keanekaragaman dengan cara-cara inklusif.
Ini bisa kita mulai dari para Pendeta, Kyai dan para Politisi kita. Jangan sampai dibiarkan tokoh-tokoh agama seperti UAS, Mualaf seperti Yahya Waloni dan sebangsanya, serta tokoh-tokoh agama eksodus seperti Paul Zhang dan Syaifuddin Ibrahim berkelana dan malah berkampanye negatif dari luar negeri sana, dimana ybs bebas mengeluarkan pendapatmya.
Joyogrand, Malang, Sun', Oct' 22, 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H