Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Awas Faktor Penghancur Baperan

5 November 2021   15:03 Diperbarui: 5 November 2021   15:08 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip Clyde Kluckhohn sikap orang-orang didasarkan pada nilai-nilai yang relatif sedikit dan stabil yang mereka pegang saat itu. 

Teori orientasi nilai Kluckhohn dan Strodtbeck mengusulkan semua masyarakat manusia harus menjawab sejumlah terbatas masalah universal, bahwa solusi berbasis nilai terbatas jumlahnya tapi dapat diketahui secara universal. Kluckhohn menegaskan budaya yang berbeda memiliki preferensi yang berbeda.

Turbulensi

Sampai disini akhirnya kita harus sadar bahwa pada zaman now kita hidup dalam masa turbulensi. Preferensi budaya kita mulai bergeser. 

Masalah pandemi yang universal tak lagi bisa diselesaikan secara nasional, melainkan dengan deal-deal internasional. Masalah pengangguran dan pemberdayaan ekonomi rakyat harus dipecahkan dari preferensi universal dan nasional. Lagak lagu nasionalisme tak bisa lagi diumbar begitu saja. 

Kita harus rasional dan/atau berakal sehat. Mengapa? Ya kita kini berada dalam masa turbulensi yang penuh pergeseran nilai. 

Generasi senja sudah akan digantikan oleh generasi milenial sekarang yang katakanlah dalam jangka pendek 5 tahun ke depan ini akan mengorganisir dirinya dalam kaidah-kaidah baru yang tak lagi sama dengan generasi pendahulunya. Misalnya mereka anti pita merah birokrasi sekarang apalagilah di zaman sebelumnya. 

Mereka anti berlama-lama dalam talking ketimbang action. Dan dalam jangka menengah 10-20 tahun ke depan mereka akan menyongsong Indonesia yang terbarukan baik penggunaan energi maupun neraca keuangan negara yang akan lebih diarahkan pada angka-angka rupiah dari hasil olahan dalam negeri dengan meninggalkan era tumpukan utang luar negeri dan aneka produk rakitan yang sudah terlalu lama mendominasi sistem kita. 

Katakanlah 25 tahun ke depan ini kita sudah punya city car elektrik sendiri bermerk nasional seperti Nainggolan atau Tjokro atau katakanlah Pakpahan dan Kosasih. 

20 tahun ke depan kita sudah punya MBT atau Main Battle Tank sendiri dengan merk nasional Harimau Sumatera, Homang Toba, Badak Jawa, Anoa Sulawesi dst.

Korelasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun