"Kalau begitu siapa?" pertanyaan sang hulubalang gantian membuat sang mahapatih terdiam sejenak, seolah berpikir keras.
"Di satu sisi, hanya makhluk khayangan yang mungkin melakukannya, tetapi di lain pihak, tak ada alasan masuk akal yang mendukung perkiraan bahwa makhluk khayangan yang melakukannya sebab itu sama saja dengan bunuh diri! Ini memang benar-benar membingungkan. Tetapi aku sudah punya satu kecurigaan!" tukas sang mahapatih
"Siapa?" tanya hulubalang tak sabar.
"Aryabuana!"
"Maksudmu anak Raja Hutan?"
Sang hulubalang berpikir sejenak. Kemudian terbelalak seakan menyadari sesuatu.
"Kamu benar mahapatih. Aku pun baru menyadarinya. Dia jelas bukanlah makhluk khayangan. Tetapi dalam beberapa waktu belakangan, bocah itu berkeliaran di taman khayangan, dan kaisar langit tidak pernah melarangnya berada di sini."
"Benar. Dia adalah satu-satunya makhluk buana yang bisa lolos ke sini berkat darah dewa yang mengalir di tubuhnya. Bocah itu bisa sampai ke sini ketika ia bersemedi. Hanya raganya yang bisa berkeliaran di sini, seperti yang terjadi selama ini. Tidak ada makhluk lain yang dapat melakukannya. Kau tahu sendiri bahwa sang Raja Hutan telah melatih anak itu sehingga memiliki tingkat kemampuan semedi yang tinggi, walaupun Aryabuana masih tergolong bocah."
"Memang benar. Tetapi, bagaimana bocah itu bisa mendapatkan darah dewa yang dimaksud?"
"Aryabuana sebenarnya adalah anak dewi kesuburan. Sang dewi pernah menanamkan tetesan darahnya pada rahim sang ratu Hutan yang mandul itu, dan lahirlah Aryabuana. Itu terjadi saat dewi kesuburan diusir dari khayangan oleh baginda karena ketahuan menjalin hubungan cinta terlarang dengan Raja Hutan. Sejak diketahui oleh baginda, Raja Hutan dibunuh dan dewi kesuburan diusir keluar dari istana khayangan. Dewi kesuburan pun kehilangan kekuasaannya. Sebagai gantinya, perihal kesuburan ditangani oleh dewi kekayaan, sedangkan Raja Hutanyang sekarang diambil dari kalangan rakyat jelata."
"Lalu bagaimana dengan nasib Aryabuana?"