Mata sang raja memerah darah. Tampak sekali kemurkaannya memuncak. Jelaslah kehilangan mata air abadi akan menimbulkan dampak negatif yang serius, bukan saja bagi raja-raja di bumi tetapi juga bagi kerajaan langit sendiri.
***
Kehilangan ini begitu mengguncang seluruh isi istana langit, tak terkecuali dua orang pembesar istana langit, mahapatih dan hulubalang.
"Mahapatih, siapakah yang kira-kira berani mencuri air sakti itu? Siapapun dia, dia pantas dihukum bakar di kawah gunung Merapi selamanya!"
"Tenang hulubalang kencana, makluk itu pasti tidak jauh dari kita, sebab tidak mungkin ada satupun makhluk dari buana yang dapat memasuki khayangan!"
"Maksudmu, pencuri itu tak lain adalah orang dalam khayangan sendiri?"
"Benar!"
"Tapi buat apa dia melakukan hal sebodoh itu? Dia pasti tahu bahwa pelaku pencurian air abadi akan dihukum bakar di kawah Merapi."
"Ia ingin menyingkirkan kita satu per satu!" kata sang mahapatih sambil berdiri menengadah ke depan, ke arah barisan tentara langit yang siap dikirim menyusupi keempat penjuru bumi. "Ia tahu bahwa kekuatan yang menopang kerajaan langit adalah doa dan sesajian umat manusia. Tanpa itu, kekuasaan semua dewa langit akan menghilang. Jika hujan tidak juga diturunkan, umat manusia akan putus asa. Lama kelamaan mereka akan mengutuki para dewa. Kira-kira itu siasatnya," jelas sang mahapatih. Penjelasan itu membuat sang hulubalang tercenung.
"Tetapi jika dia adalah makhluk khayangan, bukankah dia juga terkena dampak itu? Bukankah dia juga akan menghancurkan dirinya sendiri?"
"Tepat hulubalang! Maka saya yakin bahwa itu bukanlah perbuatan makhluk gaib maupun makhluk khayangan."