Mohon tunggu...
Pariati
Pariati Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - PEN & HEART

Because of YOU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abenteuer

15 Agustus 2024   13:00 Diperbarui: 4 September 2024   09:42 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Abenteuer

            Hari beranjak pagi, sinar matahari mulai merasuk kedalam ruangan-ruangan. Sedikit-sedikit udara mulai hangat karena sinar matahari yang malu-malu untuk menunjukkan dirinya. Sekarang udara benar-benar sudah terasa hangat karena sinar matahari yang membawa kehangatan bagi manusia yang ada di bumi. 'Abenteuer ist mein laben'

            Gladys Joycelline  itulah nama lengkapnya, anak kelahiran Malang 12 Januari 2019 benar-benar tergila-gila dengan petualangan. Masih dengan suasana hangatnya sinar matahari Gladys sedang bersiap-siap untuk berangkat menuju sekolah. Berangkat setelah usai bersiap-siap.

            "Stttt...." Heningnya kelas, guru matematika telah datang. Handphone dimatikan dan buku dibuka. Sekarang hanya hening tersisa suara seorang guru matematika, puyeng gak paham, itu yang dirasakan mereka. Iya sih badan mereka ada disini tetapi pikiran mereka tidak disini.

            Bel pulang berbunyi, Gladys segera membersihkan buku yang ada di atas meja dan beranjak pulang. Saat ia ingin menaiki mobil jaguarnya yang terparkir rapi dihalaman sekolahnya, ada sebuah panggilan yang ditujukan untuknya yaitu dari Eugene sahabat Gladys

            "Gladys!" Gladys menoleh dan tersenyum, lantas ia menaiki mobil jaguarnya. Eugene hanya tersenyum simpul ia hanya sedikit bergumam 'pasti ia sudah tidak sabar melihat tayangan televisi tersebut'. Jika dibandingkan dengan fangirl gila mereka tidak setara dengan Gladys yang sangat sangat sangat tergila-gila dengan petualangan. Dimata Gladys dulunya petualangan hanyalah sebuah perjalanan tetapi saat ia melihat sebuah cuplikan traveling di Handphone yang sangat menarik dan seru dari situlah Gladys mulai tergila-gila dengan traveling.

            Sampai dirumah ia melihat mama dan papanya sedang tertawa ria di halaman rumah. Gladys menyalami tangan mama dan papanya lantas kedalam untuk mengganti pakaian, setelah selesai mengganti pakaiannya ia bergabung bersama mama dan papanya di halaman rumahnya.

***

            Hari sudah mulai beranjak pagi lagi matahari sudah utuh terbit dari ufuk timur dan Gladys bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Berangkat tentunya setelah Gladys telah bersiap-siap dan sarapan

            "Ma, Pa Gladys pergi dulu ya,"

            "Iya sayang hati-hati dijalan ya, jangan ngebut bawa mobilnya," Gladys manggut-manggut lalu pergi meninggalkan rumah dan menginjakkan kaki di gas mobil. Gladys mengendarai mobilnya sestabil mungkin, hingga sampailah ia di sekolah. Di depan gerbang ada Eugen yang sudah menunggu Gladys. Mereka bertegur salam dan memasuki gerbang bersama. Mereka berdua berbeda jurusan jika Gladys mengambil jurusan tata boga dan jika Eugene mengambil jurusan bahasa, konon katanya yang bisa memasuki dua jurusan tersebut bukan anak sembarangan. Otaknya harus encer seencer encernya. Ya begitulah Gladys juara satu ujian nasional se-kabupaten sedangkan Eugene juara dua.

 Seperti biasa Gladys melihat cuplikan traveling di handphonenya. Lagi dan lagi guru datang secara tiba-tiba dan langsung menyapa semua murid. Dan seperti biasa tutup handphone buka buku.

"Gladys uacapkan satu kata tentang traveling!" Mata Gladys berbinar-binar dan langsung menjawab saat ibu guru memetikkan jari tepat di depan wajahnya.

"Eh traveling itu seru menyenangkan banyak tanta-,"

"Ibu hanya minta satu kata Gladys,"

"Eh baiklah traveling itu menantang,"

"Bagus Dis," Ucap sang guru.

Gladys heran mengapa gurunya tiba-tiba menanyakan tentang traveling padahal sekarang adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pelajaran berlangsung secara khidmad, Bel istirahat berbunyi semua murid keluar kelas untuk membeli kue dan membiarkan otak agar beristirahat. Gladys keluar kelas disambut oleh anak berkepang satu yang dijulurkan kebelakang ya, siapa lagi kalau bukan Eugene.

Dua sejoli yang tidak terpisahkan meskipun dengan angin puting beliung. Bergandengan jari arak-arakan menuju kantin. Setelah mereka memesan kue yang hendak mereka makan, mereka memilih tempat duduk yang tepat ditengah-tengah kerumunan para sisawa siswi. Makanan telah datang, mereka segera melahapnya menggunakan garpu, sendok dan mulut.

Gladys makan bersambi dengan berbicara kepada Eugene tentang traveling. Sebagai sahabat yang dicap sangat baik oleh Gladys, Eugene rela mengorbankan telinganya untuk mendengarkan hal-hal yang menyangkut dengan traveling.

            Tetapi saat Gladys ingin mengambil minuman di depannya ia tiba-tiba terdiam dengan kicauannya yang membuat Eugene bingung. Eugenepun segera mendongakkan kepalanya yang melihat bahwa Nauya sedang melihat sebuah milkshake rasa strawberry kesukaan sahabat mereka berdua yang telah tiada saat mereka masih duduk dibangku SMP.

            "Sudahlah Dis jangan fikirkan dia lagi, dia sudah tenang disana," Eugene berkata sambil berusaha membendung air matanya di dalam kelopak mata agar tidak tumpah. Gladys sudah tidak dapat membendungnya, ia meneteskan sebuah tetesan air mata untuk kesekian kalinya karena ia mengingat sahabatnya tersebut yang telah tiada.

            Gladys memejamkan mata, matanya dan mulutnya melebar saat membuka pejaman matanya tersebut. Mata daan mulutnya melebar karena ia melihat dua anak perempuan dan satu anak laki-laki mereka sedang bermain-main di halaman rumah yang sangat ia kenal, halaman itu tidak jauh dari rumah Eugene dan juga Gladys. Sepuluh tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2025. Ia menangis melihatnya saat ia ingin memeluk anak laki-laki tersebut, mengejutkan ia tembus dari anak laki-laki itu ia mundur dan ketakutan.

            Gladys memejamkan matanya lagi untuk berusaha membendung air matanya tetapi saat ia membuka mata yang terlihat sekarang adalah Eugene yang merunduk dan mata yang berkaca-kaca. Gladys berteriak dan berlarian mencari tiga anak yang tadi terlihat bermain-main di depannya.

            Gladys bin in die vergengenheit gereist

***

            Esoknya Gladys telah mendapatkan lagi wajah cerianya. Seperti biasa ya tuhan, kelas lebih ramai saat ini. Begitulah Gladys sedang memandangi handphonenya yang berisi cuplikan traveling itu.

            Tiba-tiba...

            "Kamu tuh seharsnya tahu diri, orang Cuma anak manja aja cita-citanya mau jadi traveler. Hhh mimpi kok di pagi hari," Tukas salah seorang kelas Gladys dengan raut wajah super duper ngeselin. Gladys mematung di tempatnya, kata-kata itu sangat singkat tetapi rasanya langsung menusuk hati. Lebih sakit daripada ditampar oleh mama dirumah. Gladys meneteskan air yang begitu berharga bagi mama dan papanya.

            Gladys bergumam dalam butiran-butiran air matanya tersebut 'Ya tuhan andaikan aku tahu apa masa depanku tidak akan aku merasa saat ini aku sedang berkhayal' Bagaikan Gladys berdo'a di langit yang sangat dekat dengan langit ke tujuh. Gladys memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam.            

            Gladys melihat ada tangga yang menjulang tinggi setelah Gladys ingat-ingat kembali itu adalah tangga di gunung bromo. Gladys menepuk-nepuk pipinya hingga memerah semerah apel ya gak juga sih, Gladys memegang tepian anak tangga itu dan seperti kemarin tangga itu tenggelam dalam cengkraman erat Nauya. Karena sangat terpesona dengan keindahannya ia mengambil gambar dari kamera yang ada di dalam ranselnya dan langsung memotretnya.

            Gladys menaiki tangga, tinggi tangga itu membuat lelah Gladys, tetapi rasa lelah itu terbayarkan dengan keindahan dari puncak gunung bromo. Gladys mengambil nafas dalam-dalam dengan memejamkan matanya. Bomm.. pemandangan yang begitu indah menyita mata itu telah hilang digantikan dengan papan putih bersih yang terpampang di depannya. Setelah ini ada pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran berjalan amat sangat lancar. Seusai istirahat nanti ada pelajaran matematika, tetapi gurunya tidak dapat datang karena akan meminang pacar anaknya. Resiko anak pintar namanya selalu berputar-putar di kepala guru.

            Gladys dipanggil menuju ruang guru, dia menemui guru matematika kelas delapan. Ternyata guru matematika Gladys menitipkan sebuah lembaran kertas berisi tugas dan Gladys yang dipercaya untuk mengambil alih keadaan kelas. Jadi Gladys izin tidak mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia untuk beberapa menit untuk mengembil selembar kertas berisi tugas matematika.

            Sebenarnya ada ketua kelas Gladys tetapi dia terkenal agak lalay untuk memegang amanah dan dia adalah anak yang super duper licik. Jangan ditanya lagi Vanessya pasti sangat jengkel mengetahui bahwa yang dipercaya bukan dirinya.

            Bukan teriakan sekarang melainkan ribuan sindiran yang ditujukan untuk Gladys. Gladys bukan anak yang gampang peka, jadi percuma teman-temannya menyindir Gladys tetapi Gladys tidak merasakannya. Amarah ketua kelas itu semakin membara, tanpa menyadarinya Vanessya keceplosan menyebut nama Gladys. Dengan polosnya anak itu ia menoleh tanpa dosa.

            Ya ampun keadaan kelas semakin tidak bisa diandalkan. Dengan gamblang Vanessya anak licik itu berbicara dengan sok tegas mengatakan bahwa 'kenapa ketua kelasnya tidak berganti Gladys saja' bukannya malah sedih teman laki-lakinya malah berteriakan bagikan telah menerima kemerdekaan. Bahkan ada yang berkata, baiklah semester dua kita ganti Gladys yang menjadi ketua. Semakin jengkel dan semakin keras sindirannya, semakin Gladys menoleh dengan wajah tak ada dosa.

            Akhirnya Gladys sadar bahwa semua sindiran itu ditujukan padanya, suaranya sih mulai kecil tetapi kata-katanya langsung masuk ke hati. Gladys meneteskan sebutir demi sebutir air mata, ia lagi-lagi memejamkan matanya. Saat membukanya ia melihat tiga anak yang kemarin ia lihat waktu di kantin. Sembilan tahun yang lalu, Sekarang dia ingat mereka bertiga itu adalah Gladys, Eugene dan Varo. Ya.. Varo adalah sahabat Gladys dan Eugene saat kecil yang telah meninggal saat SMP. Gladys melihat tiga anak itu sedang bermain-main di tengah-tengah petakan sawah. Mereka berlarian mengejar laying-layang yang baru saja putus. Gladys menangis duduk di sebuah pondok di pinggir sawah. Gladys tiba-tiba mengingat sesuatu bagai di kepalanya ada sebuah lampu yang menyala terang. Gladys mengambil handphone dan memotret mereka bertiga.

            Gladys mengusap air mata dipipinya, dan tesenyum amat getir, Gladys memejamkan matanya lagi. Terbukalah matanya, ia sudah berada tepat di depan papan tulis putih. Terkejut ia terheran kelas sudah tiada suara sindiran lagi. Ternyata saat itu guru sedang lewat dan menanyakan apa yang telah terjadi. Anak laki-laki dengan cekatan langsung bicara apa yang terjadi. Kalau anak laki-laki sudah berkicau seperti burung, alamatnya yang cewek bakal kalah lawan kicauannya anak laki-laki.

            Alamat Venessya dan kawan-kawan yang hoby menyindir iru dipanggil ke ruang tatibsi. Dan gurunya melihat Gladys sedang memejamkan mata dan mengeluarkan buliran-buliran air mata saat guru itu masuk ke kelas Gladys. Gladys teringat sesuatu ia membuka ponselnya untuk memastikan kejadian barusan itu nyata atau hayalan. Surprise... di dalam gallery handphone Nauya ada foto tiga orang anak yang tidak lain adalah Gladys, Eugene dan juga Varo. Gladys melotot ia melihat jam dinding yang tergantung di sudut ruangan pukul 09.40 istirahat akan segera berakhir. Eugene terlintas di kepala Gladys. Gladys berlarian seperti di kejar pembunuh menuju kantin.

            Dan benar ditengah-tengah kerumunan di meja yang biaa ia singgahi dengan Eugene. Disana ada seorang perempuan yang sangat ia kenali. Perempuan itu sedang membenahi rambut yang dikuncir kebelakang, siapa lagi kalau buka Eugene. Gladys berlari menerobos kerumunan menuju Eugene.

            "Eugene, maafkan aku, aku.. aku tadi melamun,"

            "Gladys, oh iya yang kulihat tadi kau bukan melamun tetapi kau sedang memejamkan matamu, akhirnya aku tidak berani mengganggumu dan aku pergi ke kantin sendirian,"

            "Eh?"

            "Sudahlah jangan pikirkan hal itu lagi duduklah Dis, segera pesan makanan dan makanlah kalau tidak kau akan jatuh sakit nanti," Akhirnya Gladys memesan makanan yang cepat jadi dan tidak antre. Gladyspun duduk berhadapan dengan Eugene.

            Hari beranjak pagi, matahari Nampak malu-malu untuk mengeluarkan sinarnya, Gladys sedang besiap-siap untuk pergi ke sekolah, kokokan ayam jantan terdengar nyaring. Handphone Gladys berdering, ada pesan masuk dari Gladys. Katanya Gladys hari ini sakit demam jadi ia tidak bisa masuk sekolah. Gladys tersenyum dan mengirimkan pesan 'Kenapa sekarang jadi kau yang sakit padahalkan kemarin kamu yang mengingatkanku, baiklah semoga cepat sembuh imutku' Gladys memasukkan ponselnya dan berpamitan kepada mama dan papanya lantas berangkat menuju sekolah menggunakan mobil jaguarnya.

            Sesampainya di kelas, hanya ada Vannesya di situ. Vannesya tampak malu melihat Gladys. Setelah lama, Vanessya sepertinya sudah tidak kuat menahan apa yang ingin dia katakan. Akhirnya Vanessya mengetakan apa yang ia katakan. Vanessya menghampiri Gladys, dan berkata

            "Dis, maafin aku ya, aku kemarin salah, tidak seharusnya aku iri kepada anak sepintar kamu,"

            "Eh Vanessya, iya gapapa kok udah dimaafin. Yang berlalu biarlah berlalu,"

            "Baikalh, kita berteman,"

            "Oke,"

            Bel istirahat berbunyi, Gladys beranjak menuju kantin sendirian karena Gladys terlanjur terkena demam. Duduk ditengah kerumunan sendiri memang terasa canggung, tapi apa boleh buat sudahlah jangan pikirkan hal-hal yang aneh.

            Gladys lama tidak melihat cuplikan traveling di handphone, Gladys rindu melihat cuplikan-cuplikan yang seru dan menegangkan itu. Gladys tak tahan  lagi akhirnya ia meraih ponselnya dan melihat video yang selama ini ia rindukan.

            Gladys tersenyum melihat cuplikan seru itu. Gladys memejamkan mata dan tersenyum membayangkan saat-saat ia nanti akan pergi berjalan-jalan menyusuri jalan-jalan yang indah.

            Lagi dan lagi saat Gladys membuka mata sekarang yang ada didepannya adalah gunung fuji dan itu sangat terlihat indah, sekitar Sembilan tahun masa depan. Gladys melompat kegirangan, Gladys meraih ponselnya dan memotret keindahan gunung fuji itu. Saat ia menghirup udara segar dan memejamkan matanya lagi saat membukanya ia malah melihat keramaian yang sangat rusuh bagaikan ada tawuran didepannya.

            Saat ia kembali membuka cuplikan traveling tersebut ia terpikirkan oleh suatu hal, ia mengingat kejadian-kejadian yang telah ia rasakan saat ia membuka mata setelah memejamkan matanya.

            Dan sekarang ia sadar, bahwa selama ini Gladys sudah berpetualang. Petualangan yang sangat-sangat seru tidak ada apa-apanya serunya lagu korea dengan serunya petualangan yang telah ia lakukan. Yup, selama ini Gladys telah berpetualang waktu kadang ia berpetualang ke masa lalunya dan kadang ia berpetualang ke masa depannya.

            Tersenyum simpul dan lega Gladys saat mengingat hal-hal itu. Gladys senang ternyata selama ini ia telah resmi menjadi petualang dan walaupun hanya sebatas petualangan waktu. Tetapi itu sangat sulit untuk didapatkan.

            Dan seperti yang aku katakan tadi Gladys juga berpetualang ke masa depannya dan juga berarti bahwa Gladys nantinya akan menjadi petualang yang handal hingga bisa mencapai gunung fuji.

***

            Nach funf jahren fuhlte es sich sehr schnell ann

            Nauya memilih untuk meninggalkan kampung halamannya untuk mulai menginjakkan kakinya di alam semesta yang sangat megah ini. Ciptaan sang maha kuasa yang tiada duanya.

            Puncaknya Nauya Sembilan tahun setelah ia lulus SMA untuk mengakhiri perjalanan ini untuk meneruskan kuliah adalah menginjakkan kaki di ketinggian gunung fuji. Tercapailah kinginannya, begitulah petualang sejati ia tidak akan menyerah meskipun harus sakit-sakitan. Dan Nauya adalah salah satunya.

            Habe jeden moment deines atems

***

Arti:     Abenteuer : Petualangan

             Abenteuer ist mein laben : Petualangan adalah hidupku

            Bin in die vergangenheit gereist : Telah berpetualang ke masa lalu

            Nach funf jahren fuhlte es sich sehr schnell an

            Habe jeden moment deines atems : miliki setiap saat nafasmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun