Mohon tunggu...
Anggi Paramitha Dilly
Anggi Paramitha Dilly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sastra

Seorang penggemar novel-novel Rick Riordian, Tere Liye, film fantasi dan genre slice of life.

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Galeri Foto Langit Semanu

30 Juni 2024   22:05 Diperbarui: 30 Juni 2024   22:06 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: Dokumen Pribadi)

Dari sekian banyak foto pada koleksinya, kumpulan warna langit di sebuah dusun di Desa Semanu, Gunungkidul menjadi favoritnya kini. Langit fajar, terik matahari siang, serta lembayung senja yang tertangkap kameranya di dusun itu menyimpan berbagai memori akan kegiatan KKN yang Acha lakukan di sana bersama kelima temannya.

Foto langit pertama yang Acha abadikan di dusun itu menampilkan langit biru cerah yang sebenarnya cukup terik. Pada foto tersebut, ia berhasil mengabadikan kelima temannya yang mengenakan topi biru dan berjas almamater tengah berjalan memunggungi kamera. Itu adalah foto hari kedatangan mereka.

Pertama kali menginjakkan kaki di dusun itu, mereka memutuskan untuk mengunjungi dukuh dan seluruh perangkat dusun. Namun, dengan lokasi yang baru saja dipindah beberapa hari sebelum penerjunan KKN membuat seluruh anggota tim tidak ada yang mengetahui lokasi pasti rumah dukuh, bahkan balai dusun. Jadi, dengan berbekal titik maps, mereka berhasil menemukan balai dukuh yang tak lama menjadi basecamp tidak resmi selama KKN.

"Ini kita sama sekali nggak ada yang tahu rumah dukuh?" tanya Acha kala itu begitu mereka memarkirkan motor di balai dusun. Sejauh mata memandang, balai dusun yang terletak di tanah yang lebih tinggi dikelilingi oleh area persawahan dan pepohonan tinggi. Hanya ada sebuah lapangan voli tepat berada di seberang balai dusun. Tidak ada warga yang terlihat di luar rumah atau melintasi jalanan, praktis membuat mereka tidak dapat bertanya pada siapapun.

"Nggak ada. Belum ada yang sempat survei ke sini," jawab Abqary kala itu. Apalagi, fakta bahwa pondokan mereka bergabung dengan sub-unit lain di dusun sebelah membuat mereka harus mencari informasi secara mandiri. "Aku cuman tahu dukuh dusun ini perempuan."

Dua anggota perempuan---Acha dan Mila ber-woah hampir berbarengan. Meskipun sebenarnya hal tersebut bukan hal baru, tetapi mereka belum pernah menemui seorang kepala dusun perempuan.

"Tadi sih ada penunjuk jalan rumah perangkat dusun. Gimana kalau kita cari pakai itu?" usul Brian. Tidak ada opsi lain yang lebih baik sehingga mereka memutuskan untuk berjalan kaki mengikuti petunjuk arah yang dibuat oleh tim KKN sebelumnya. Rupanya, setidaknya mereka harus berjalan melewati hampir setengah luas dusun sebelum mencapai rumah Bu Dukuh. Dalam perjalanan, mereka tak berhenti mengagumi betapa luasnya dusun tersebut yang didominasi dengan area persawahan, ladang, dan pepohonan rimbun. Setelahnya pun mereka memutuskan untuk terus berjalan kaki mengunjungi rumah-rumah perangkat dusun lainnya sembari menikmati pemandangan.

Pada hari itu, dengan kegiatan mereka yang berjalan kaki mengitari dusun mengenakan jas almamater sukses menyebarkan informasi kedatangan mereka di sepenjuru dusun. Beberapa hari setelahnya, hampir setiap orang dapat mengenali mereka berkat kejadian itu.

"Mbak dan Mas yang kemarin jalan keliling dusun pakai jas almamater kan ya?" tanya seorang ibu dengan bahasa Jawa pada hari pertama mereka berpartisipasi dalam kerja bakti rutin. Bahasa Jawa menjadi bahasa sehari-hari masyarakat sehingga terkadang Mila, Abqary, dan Althaf yang berasal dari luar Pulau Jawa pun kesulitan memahaminya.

Ibu tersebut kemudian memperkenalkan diri sebagai Bu Sari. Ah ya, hari itu, diadakan gotong royong untuk melapisi salah satu jalan utama dengan aspal. Seluruh anggota laki-laki ikut bekerja di luar sementara Acha dan Mila membantu ibu-ibu menyiapkan kudapan dan makan siang.

"Iya, Bu," jawab Acha dengan senyuman. "Kami waktu itu sowan ke Bu Dukuh, Pak RT, Pak RW..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun