Agar perhatian kita pada peristiwa Tolikara, Papua, tidak cepat berlalu, kami bantu kamu untuk mulai mengenal Papua melalui 8 bahan-bahan berikut. Semoga memberi kerangka awal untuk berkenalan dan berdiskusi dengan Papua. Harapan kami, setelah itu kita bisa saling tolong menolong.
Selamat menikmati.
1. Tentang nama Papua
Kita sering menyebutnya sebagai “Papua” atau sebelumnya “Irian Jaya”. Bagi kita yang tinggal di luar Papua, nama ini seperti mencakup keseluruhan pulau paling timur itu. Namun perlu diketahui bahwa provinsi ini dulu dikenal dengan panggilan Irian Barat dan kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto. Irian Jaya berubah nama menjadi Papua sesuai dengan UU No.21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Pada tahun 2003, disertai berbagai protes, Papua lalu dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia. Bagian timur tetap memakai nama Papua, sedangkan bagian barat menjadi Irian Jaya Barat yang sekarang menjadi Provinsi Papua Barat.
Nama Papua, yang meliputi seluruh pulau, masih melekat dalam penggunaan sehari-hari karena bermakna Identitas budaya yang menyatukan seluruh orang-orang Papua.
http://papuabaratprov.go.id/sejarah-pemerintahan/
https://papua.go.id/view-detail-page-254/Sekilas-Papua-.html
Papua dari Rezim ke rezim: https://drive.google.com/file/d/0B4wnWYlTvrEEQXVXOFhfR0dKeGM/view
2. Tentang peta masalah di Papua
Salah satu hasil riset yang paling banyak dijadikan acuan untuk mengerti sebaran masalah di Papua adalah Road Map Papua, Negotiating the Past, Improving the Present and Securing the Future, oleh Muridan S. Widjojo, dkk dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasil riset ini memetakan masalah Papua ke dalam empat kategori: pertama, marjinalisasi dan efek diskriminasi terhadap orang asli Papua; kedua, kegagalan pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan permberdayaan ekonomi; ketiga, adanya kontradiksi sejarah dan konstruksi identitas politik antara Papua dan Jakarta; keempat, pertanggungjawaban atas kekerasan negara di masa lalu.
http://jdp-dialog.org/download/doc_download/23-sumarry-of-papua-road-map-prm
Tak Ada Demokrasi di Papua http://indoprogress.com/2014/01/tak-ada-demokrasi-di-papua/
Efek Jokowi untuk Perubahan Papua? https://drive.google.com/file/d/0B4wnWYlTvrEEMU1Ic1FCSFhrUkE/view
3. Tentang kehidupan, agama dan kebudayaan orang-orang Papua
Terkait perspektif dalam melihat insiden Tolikara yang baru lalu:
http://crcs.ugm.ac.id/main/news/3511/tolikara-idul-fitri-2015-tentang-konflik-agama-mayoritas-minoritas-dan-perjuangan-tanah-damai.html
Belajar hidup berdampingan secara damai melalui filosofi Satu Tungku Tiga Batu di Fakfak
http://etnohistori.org/satu-tungku-tiga-batu-hubungan-tiga-agama-di-teluk-patipi-fakfak.html http://papuanvoices.net/2012/08/02/papua-calling.html
Upaya menyelamatkan identitas kebudayaan Papua, usaha membangunnya, dan alasan-alasan penindasan kebudayaan.
http://www.sastrapapua.com/2015/04/arnold-clemens-ap-membangun-budaya.html
http://etnohistori.org/ukulele-mambesak-membayangkan-identitas-budaya-papua-1970-1980-an.html
4. Tentang pelanggaran HAM di Papua
Menurut riset yang dilakukan oleh Asian Human Rights Commission dan International Coalition for Papua, konflik yang sudah berlangsung selama puluhan tahun di Papua, Indonesia, terus menelan korban jiwa baik dari pihak masyarakat sipil, tentara, maupun anggota kelompok pemberontak. Pelanggaran hak asasi manusia (HAM)–mulai dari pembunuhan ekstrayudisial, intimidasi terhadap jurnalis hingga diskriminasi dalam akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan dan kesempatan ekonomi–masih berlangsung. Kesemuanya ini hanyalah puncak gunung es dari pelanggaran HAM terhadap masyarakat Papua dan pelanggaran tersebut membentuk perspektif mereka terhadap Indonesia saat ini.
http://www.tapol.org/id/reports/genosida-yang-diabaikan
Pelanggaran (intimidasi) sekitar tahun 1969 saat pepera itu bisa lihat dalam laporan ini; https://www.ictj.org/sites/default/files/ICTJ-ELSHAM-Indonesia-Papua-2012-Bahasa.pdf
Laporan dokumentasi Kelompok Kerja Pendokumentasian Kekerasan & Pelanggaran HAM Perempuan di Papua terhadap memori kekerasan dari ingatan Perempuan-perempuan Papua 1963-2009
http://dokumen.tips/documents/50102676-new-buku-laporan-stop-sudah-papua-revisi-2010.html
5. Tentang kekerasan dan pendekatan keamanan di Papua
Sejak reformasi, tidak ada status khusus terkait kemanan di Papua. Namun konsentrasi personil militer ada di wilayah itu. Sejumlah pihak meyakini de-sekuritisasi dan pengurangan personil militer akan mengurangi kasus kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua. Upaya ini membutuhkan perubahan cara pandang aparat, politik, dan kebijakan keamanan di Papua, secara mendasar.
De-Sekuritisasi Papua https://drive.google.com/file/d/0B4wnWYlTvrEEY3dZMFhMUWdVVW8/view
Kekerasan horizontal https://drive.google.com/file/d/0B4wnWYlTvrEER2dQVXk4X3RpdUk/view
6. Tentang orang-orang yang dipenjara
Reformasi di Indonesia 1998 ditandai dengan pelepasan tahanan dan narapidana politik. Namun di Papua keduanya masih ada hingga saat ini. Pemerintah tidak mau mengakui adanya status Tapol/Napol di Papua, karena dianggap tahanan kriminal biasa. Jumlah tahanan bertambah walau Presiden Jokowi baru saja memberi grasi.
Ironi Pasal Makar dan Pembungkaman Kebebasan Berekspresi
https://drive.google.com/file/d/0B4wnWYlTvrEELTI2bm5DRmhYazg/view
Renungan Filep Karma
http://www.tapol.org/reports/seakan-kitorang-setengah-binatang Areki Wanimbo
http://indoprogress.com/2015/01/areki-wanimbo-saya-menangis-sedih-akan-nasib-orang-papua/
7. Tentang MIFFE
Kita telah lebih banyak tahu dan cukup akrab dengan Freeport, perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang berlokasi di Timika, Papua. Selain Freeport, juga ada raksasa berikutnya, yaitu proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) yang sedang dilanjutkan oleh Pemerintah dengan membuka jutaan hektar lahan secara meluas dan merusak penghidupan tradisional masyarakat adat Malind berikut beberapa kelompok adat lainnya di Papua Selatan.
http://pusaka.or.id/suku-asli-di-papua-tergusur-akibat-mega-proyek-mifee/Kumpulan artikel terkait MIFEE http://www.downtoearth-indonesia.org/id/campaign/mifee
8. Tentang kebebasan Pers
Papua telah 52 tahun (sejak 1963) tanpa kebebasan pers. Padahal kebebasan pers, media nasional dan asing akan mendapat kesempatan memasok ketersediaan informasi yang faktual, benar, dan berimbang. Apakah kekerasan masih berlanjut? Apakah kehadiran TNI dan Polri di wilayah itu dalam rangka bergiat merebut hati dan dukungan rakyat Papua, ataukah masih juga mengedepankan pendekatan keamanan? Bagaimana kecenderungan pola pemberitaan terhadap Papua selama ini?
Kebebasan Pers dan Papua http://print.kompas.com/baca/2015/05/26/Kebebasan-Pers-dan-Papua
Media Massa, Rasisme Struktural dan Legitimasi Kekerasan di Papua http://indoprogress.com/2015/06/media-massa-rasisme-struktural-dan-legitimasi-kekerasan-di-papua/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H