“ History is a pricelesstreasury of sleeping wisdom”, sejarah adalah harta tak ternilai dari kebajikan yang tertidur. Demikian pendapat yang bermakna filosofis tentang sejarah dari Fadel Muhamad. Ketua umum Yayasan Alkhairaat SIS Al Jufri Palu Sulawesi Tengah ini berpendapat, sejarah merupakan tali silaturahmi antara generasi sebab itu harus ditulis agar suasana kebathinan antara generasi “ wisdom history” nya senantiasa terjalin dan terkomunikasikan.
Seorang filsuf kelahiran Roma bernama Marcus Tulius Cicero berkata : “ Historia Vitae Magistra” – seajarah adalah guru kehidupan.
Sebagai guru kehidupan, semakin banyak tulisan sejarah, makin memperkaya bacaan bagi masyarakat menggali khasanah peristiwa masa lampau.Pengungkapan peristiwa masa lampau yang muncul dari berbagai pihak selalu lebih dari satu titik pandang dalam menilai satu konteks peristiwa. Sebab itu seyogyanya harus dipahami ungkapan : “ sejarah menulis dirinya sendiri “, suatau ungkapan filosofis yang mengisyaratkan bahwa “Sejarah” juga ingin mencari “Jati dirinya”.
Ungkapan dimaksud, “ sejatinya” ditujukan kepada setiap penulis sejarah” untuk berupaya mengendalikan sikap subyektifdemi mencapai secara maksimal suatu hasil penulisan yang obyektif.
INSAN KOMUNIKATIF
Sejak awal penciptaan makhluk manusia sudah memiliki fithrah (budaya) komunikatif, yang oleh Aristoteles menyebutnya sebagai “ ZOON POLITICON ” (makhluk social), yaitu insan komunikatif atau makhluk yang selalu ingin berinteraksi. Tanpa interaksi manusia akan kehilangan arah dan kehilangan jati dirinya. Maka dengan adanya interaksi manusia berangsur-angsur kembali kepada pangkal kemanusiaannya.Kembali kepada fungsi kehidupan sebagai makhluk pribadi, makhluk social, dan makhluk sebagai hamba Tuhan.
Dalam kitab suci Agama Samawi, Al Qur’an (Islam), Injil (Kristiani) diberitakan ketika Adam di ciptakan sendirian sebagai penghuni surga, merasa sangat gelisah, Tuhan Maha Mengetahui kegelisan Adam, maka diciptakanlah Hawa(eva). Namun terjadi pelanggaran (akhlak negatif), keduanya dikeluarkan dari surge, melanglang buana dipermukaan bumi konon selama seribu tahun baru bertemu dipadang Arafah. Komunikasi atau interaksi pertama dalam surga, berlanjut dipadang Arafah dan keduanya bereproduksi (menghasilkan keturunan).
Pada zaman Nabi Sulaeman diceritakan tentang terjalinnya komunikasi (perhubungan) lewat udara, yakni burung Hud-hud membawa sepucuk surat yang ditujukan kepada Ratu Balqis. Penguasa Kerajaan Sabaiyah ini yang tadinya menyembah matahari menyatakan diri menyembah Allah, agama yang diajarkan oleh Nabi Sulaeman.
Jadi ratusan ribu tahun mungkin jutaan tahun lalu sudah terjalin komunikasi (perhubungan) udara. Bahkan dalam kedua kitab suci agama Samawi ( Al Qur’an dan Al Kitab) dikisahkan terjadinya komunikasi, “ luar angkasa”.
Dalam Injil/Perjanjian Baru (Matius : 27-28, Markus : 15-16, Lukas : 23-24, Yohanes : 18-19) di kisahkan tentang Yesus di salib, dikuburkan, dibangkitkan, kemudian Roh Kudus Yesus dinaikkan ke Sorga oleh malaikat.
Sementara dalam kitab suci Al Qur’an dikisahkan tentang perjalanan (Isra dan mi’raj) Nabi Muhamad S.A.W dari Masjidil haram ke Baitul Maqdis, terus ke Sidhratul Muntaha menerima perintah shalat dari Allah SWT.
DINAMIKA KOMUNIKASI
Dinamika dalam peristilahan (terminology) danasal usul kata (epistemology) secara sederhana adalah dynamic (s) yakni dinamis, bersemangat, berenergi, bersifat dan berkekuatan selalu bergerak.
Sementara komunikasi (Communication, connection, relation) yang hanya dipahami secara sederhana bermakna “ hubungan”. Dalam dinamika zaman telah mengantarkan istilah “komunikasi”menjelma menjadi “Vitae magistra” (guru kehidupan)sebagai disiplin ilmu khusus yang sangat vital diera globalisasi saat ini. Beberapa penemu dan hasil temuan mereka saling komplementer, sangat sulit dipisahkan satu sama lain.
Dibidang komunikasi lewat angkasa, ditemukan telegraf oleh MORSE pada tahun 1832, telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1872.Dan salah satu yang sangat eksis menguasai komunikasi angkasa hingga saat ini adalah temuan RADIO oleh Guglielmo Marconi pada tahun 1895.
RADIO ERA HINDIA BELANDA
Tiga komponen temuan teknologi dibidang komunikasi tersebut sangat sulit dipisahkan.Temuan temuan tersebut menjadi marak dan berkembang pesat dengan adanya potensi kontribusi listrik temuan dari Grove tahun 1840.
“ TEMPORA MUTAMTUR ET NOZ MUTAMTUR IN ILIS”, “Bumi terus berputar manusiapun bergerak didalamnya mengikuti gerak putaran tersebut”, demikian bunyi sebuah pepatah Latin.
Para cerdik cendekia dibidang radio pun berinovasi mengembangkan temuan Marconi .maka mengudaralah suara radio di Amerika Serikat pada tahun 1920, di Inggeris dan Uni Sovyet 1922. Akan halnya di Indonesia (Hindia Belanda), sebagai embrio perkembangan temuan Marconi ini adalah mengudaranya siaran radio pertama pada 16 Juni 1925.
Radio siaran ini bernama “BATAVIASCHE RADIO VERENIGING” (BRV)- Perkumpulan Radio Batavia.
Dengan berdirinya Stasiun Radio BRV milik Hindia Belanda ini, telah membangkitkan semangat patriotik dan heroik dibidang penyiaran kebangsaan Indonesia.Maka berdirilah radio siaran pertama milik bangsa Indonesia pada 1 April 1933.Didirikan oleh Mangkunegoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo.Radio siaran ini bernama Solosche Radio Vereniging (SRV)- Perkumpulan Radio Solo.
Eksistensi radio siaran di Solo ini merupakan embrio kebangkitan radio kebangsaan yang berbahasa Indonesia dan membangkitkan semangat juang para angkasawan Indonesia. Terbukti dengan berdirinya stasiun radio siaran lokal di Jakarta (VORO), VORL di Bandung, CIRVO di Surabaya, EMRO di Madiun, MAVRO di Yokyakarta.
Di Solo berdiri lagi radio siaran yang secara terbuka sudah menggunakan nama Indonesia. Perkumpulan radio ini bernama SRI singkatan dari Siaran Radio Indonesia. Secara perlahan mulailah siaran-siaran radio Indonesia bermuatan politik. Pemerintah Hindia Belanda dengan siaran radionya tidak mampu lagi membendung arus siaran radio berbahasa Indonesia. Dengan menggunakan kekuasaannya, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan “RADIO WET” (undang-undang Radio) sekaligus mendirikan perkumpulan radio bernama NEDERLANDS INDISCHE OMROEP MASTCHAPY (NIROM) - Maskapai Siaran Radio Hindia belanda pada tahun 1934.
NIROM sangat berkuasa karena mendapat lisensi dan subsidi dari pemerintah. Bahkan diberikan hak memungut ”iuran pendengar“ (Luister bijdrage) F 1.50 tiap bulandari setiap pesawat radio kota-kota besar di pulau Jawa. NIROM juga didukung dengan kekuatan saluran telepon dengan membangun jaringan sepanjang 1,2 juta meter menghubungkan kota-kota ; Batavia, Bogor, Sukabumi, bandung, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan Kota kota besar lainnya.
Hak monopoli , subsidi dan hak menarik iuran yang dimiliki NIROM menjadi bumerang bagi pemerintah Kolonial Belanda. Karena NIROM berkewajiban me relay siaran dari semua stasiun pembayar iuran. Maka makin maraklah Siaran radio berbahasa Indonesia yang sudah bernuansa politik kebangsaan dan kemerdekaan.Pemerintah Kolonial Belanda tidak bisa berbuat banyak karena posisi Negeri Belanda sendiri makin terjepit dalam Perang Dunia II.
Satu-satunya cara adalah mencabut subsidi yang diberikan kepada NIROM pada tahun 1937. Dengan demikian NIROM tidak lagi me relay siaran radio dari milik pribumi. Menghadapi kenyataan ini, salah seorang anggota Volksraad M. SUTARJO HADIKUSUMO (Dewan Rakyat – DPR) bersama Ir. Sarsito Mangunkusumo (pendiri SRV), berjuang mempertahankan eksistensi kebangsaan Indonesia. Kedua pejuang angkasawan tersebut mengundang wakil-wakil radio milik pribumi ; dari Jakarta, Bandung, Yokyakarta, Solo, Surabaya. Bertempat di Bandung pada 29 Maret 1937, para wakil radio siaran tersebut mengadakan pertemuan, berhasil melahirkan satu badan bernama “ PERIKATAN PERKUMPULAN RADIO KETIMURAN (PPRK) diketuai anggota VOLKSRAAD M.SUTARJO HADIKUSUMO.
Cita-cita perjuangan para angkasawan PPRK berhasil gemilang, ketika pada 01 November 1940 menyelenggarakan siaran sendiri tanpa campur tangan NIROM. Siaran PPRK berlangsung terus hingga Indonesia diduduki militerisme Jepang pada awal tahun 1942.
RADIO ERA KEKUASAAN JEPANG
RADIO ALAT REVOLUSI ANUGERAH TUHAN
RRI DIBALIK BERDIRI TEGAKNYA NKRI
Tokoh-tokoh pejuang PPRK (sebagai embrio dari RRI) telah menginspirasi para pejuang angkasawan di era kekuasaan Jepang, detik-detik Proklamasi hingga berdiri tegaknya NKRI.
Seusai Perang Dunia I (1914-1918), pecah lagi Perang Dunia II dimana berhadapan Blok sekutu ABDACOM “ American British Dutch Australian Comand melawan blok poros atau As sekutu dari Jerman, Jepang dan Italia.
Dalam PD II ini propaganda radio sangat menentukan kemenangan ekspansi Jepang dalam Perang Asia Timur Raya (DAI TOA SENSO). Lebih lebih lagi semboyan TIGA A (Nipon, Cahaya Asia, Nipon Pelindung Asia, Nipon Pemimpin Asia) sangat memukau para pendengar di Indonesia yang ingin segera merdeka dari penjajahan Belanda. Bahkan dengan hebatnya phsywar (perang urat saraf) yang dilancarkan radio Jepang, tentara pendudukan Belanda di Indonesia seolah-olah sudah kalah sebelum berperang. Maka wilayah Indonesia secara berangsur dikuasai oleh Jepang , dimulai dari Kalimantan Sulawesi, Sumatera hingga pulau Jawa. Akhirnya diwakili Gubernur Jenderal Belanda terakhir Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer dan Panglima tentaraBelanda Jenderal H.Ter Poorten menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1942 dalam perundingan di Kali Jati. Jepang diwakili Jenderal Hitoshi Mamura.
Awal kedatangan Jepang diterima dengan baik Karena propaganda radio Jepang ingin membantu bangsa Indonesia mengusir Belanda.
KEKEJAMAN FASISME JEPANG
Ternyata propaganda manis Jepang sangat tidak linier dengan kenyataan. Nasib bangsa Indonesia laksana lepas dari mulut harimau masuk kemulut serigala.Kekejaman Jepang memaksa rakyat menjadi Romusha (kerja paksa), membuat jalan, lapangan terbang, membuat parit, menanam kapas, memelihara ulat sutra dan lain-lain. Semua pekerjaan itu dipaksakan tanpa diberi makan dan upah rakyat mengalami siksaan, dipukul bahkan ada yang di pancung. Akibat kekejaman Jepang rakyat bangkit melancarkan perlawanan ; di aceh, Indramayu, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan daerah-daerah lain.
Perlawanan yang cukup dikenal adalah Pemberontakan Supriyadi dan Muradi (Pasukan PETA) di Blitar 29 Februari 1945. Di Singaparna, seorang tokoh agama, Kiai Zainal Mustafa di hokum mati pada 25 Oktober 1944 karena menolak melakukan upacara Sikerei (penghormatan membungkuk) kea rah Negara Jepang, menyembah Kaisar Teno Heika.
Di Sulawesi Tengah, kebencian rakyat terhadap Jepang meningkat ketika Surat kabar mingguan “Pedoman Baru” memberitakan kembali “ Siaran Radio”, Jepang melakukan pembunuhan secara kejam dan buas. Akibatnya dua orang jurnalis surat kabar tersebut, Horas Siregar dan Intje Makka ditangkap dan di penjarakan di Rutan Maesa Palu.
Awal kedatangan Jepang di Palu April 1942.Suatu sore, rakyat bersama raja-raja dan kepala kampung dikumpulkan dipekuburan Cina (Jl.Maluku saat ini).Ternyata orang banyak dikumpulkan oleh Jepang untuk menyaksikan kekejamannya memancung dua orang tahanan Belanda, sebelum kedatangan Jepang.Dua orang yang dipancung bernama Hi.Laili dan Mariona asal Tolitoli. September 1942, diwilayah Poso Jepang memancung 21 orang tokoh gerakan perlawanan dari Laskar Merah Putih. Di antara tokoh pejuang itu adalah Hi.Abdul Rahim dipancung di Kolonodale dan Abdullah Macan pejuang dari Bungku Salabangka.
Raja Tojo Tanjumbulu bersama teman seperjuangannya juga dari Laskar Merah Putih : Jamaluddin Datuk Tumenggung (mubaliq), Abdul karim tokoh PSII asal Parigi, Kamaluddin Zaenong dari Una Una, Marzuki turunan Arab asal Ampana dan enam orang lainnya di pancung dibelakang penjara Poso pada 10 Oktober 1942 bertepatan dengan 27 Ramadhan 1361 (menjelang lebaran).
Namun kekejaman Jepang yang demikian itu terbalas juga ketika dua kota Jepang Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945) di jatuhi Bom Atom oleh sekutu. Dan pada 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
RADIO ALAT REVOLUSI ANUGERAH TUHAN
Sejak awal tahun 1944 pertahanan militer Jepang semakin rapuh, tidak mampu lagi membendung serangan sekutu pimpinan Amerika Serikat.Pada bulan Februari 1944 mengalami kekalahan di kepulauan Marshall (Kwayalein) dan di peraiaran Filipina.Pada bulan Juli 1944, sekutu juga mengalahkan Jepang di Saipan dan kepulauan Mariana.
Rangkaian kekalahan kekalahan ini menyebabkan mundurnya PM Jepang Tojo Hideki digantikan oleh Jenderal Kumiaki Koiso pada 17 Juli 1944. Untuk mempertahankan kepercayaan Jepang di negra jajahannya , dalam pidatonya 7 September 1944 memberikan “ janji kemerdekaan Indonesia”. Janji tersebut terkenal dalam sejarah dengan sebutan “ Janji Koiso” janji kemerdekaan ini adalahusaha agar Indonesia tetap percaya kepada Pemerintah Jepang. Untuk maksud tersebut, pada 29 April 1945 Pemerintah Jepang mengumumkan pembentukan dan susunan pengurus Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).Badan ini diketuai oleh Dr. KRT Radjiman Wedyoningrat, Wakil Ketua Ichibangase (merangkap kepala Badan perundingan) dan R.P Soeroso (merangkap kepala sekretariat).
Badan ini bertugas menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan politik, ekonomi, pemerintahan, hokum dan ain-lain yang diperlukan bagi Negara Indonesia Merdeka. Selesai melaksnakan tugas, Badan ini kemudian dibubarkan pada 7 Agustus 1945, digantikan dengan Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan Ketua Ir. Soekarno dan Wakil Ketua Drs. Moh.Hatta.
Ternyata pembubaran BPUPKI diganti dengan PPKI berkaitan dengan kondisi politik Jepang yang semakin memburuk.Telah disebutkan tanggal 6 Agustus 1945, sekutu menjatuhkan Bom Atom di Hiroshima dan 9 Agustus 1945 di Nagasaki.Dan pada tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Namun beberapa peristiwa memalukan tersebut sangat dirahasiakan oleh Jepang.Dan pada 9 Agusuts 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman berangkat ke Dalat (Vietnam selatan).Rombongan ini menghadiri undangan Jenderal Terauchi (Panglima tertinggi Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara), mengadakan pertemuan pada 12 Agustus 1945. Terauchi menjelaskan Jepang memberikan kemerdekaan kepada Indonesia kalau persiapan sudah selesai .
Bung karno dan rombongan tiba kembali di Indonesia (Jakarta) tanggal 15 Agustus 1945. Sutan Syahrir memberitahu Moh.Hatta bahwa RADIO AMERIKA menyiarkan, Jepang sudah bertekuk lutut menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 15 Agustus 1945 Sutan Syahrir juga mendesak agar kemerdekaan Indonesia segera diumumkan karena Jepang tidak berkuasa lagi.
Saat itu Indonesia terdapat dua golongan yang berbeda pendapat tentang cara pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan. Golongan muda menginginkan segera diumumkan proklamasi kemerdekaan tanpa campur tangan Asing.Golongan muda terdiri dari Sutan Syarir, Sukarni, Chairul Saleh, Mawardi dan lain-lain.
Golongan tua terdiri dari Sukarno, Hatta, Ahmad Subarjo dan lain-lain, menghendaki kemerdekaan Indonesia diumumkan tanpa pertumpahan darah. Sebeb itu harus dimusyawarahkan dengan PPKI bentukan Jepang.Saling silang pendapat yang cukup alot antara dua golongan tersebut menyebabkan golongan muda menculik Bung karno dan Bung Hatta dan menyembunyikan mereka di Rengasdengklok ; kejadian ini dikenal dalam sejarah dengan sebutan “ Peristiwa Rengasdengklok”. Namun tanggal 16 Agustus 1945 malam jam 23.00 Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tiba kembali di jakarta.
Kedua tokoh golongan tua tersebut dijemput oleh Mr. Ahmad Subardjo karena Laksamana Tadashi Maeda ingin menyampaikan berita resmi kepada Soekarno dan Hatta tentang menyerahnya jepang kepada Sekutu. Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung Angkatan laut Jepang di Jakarta yang sangat membantu perjuangan Indonesia. Dirumah Maedah inilah, diadakan sidang PPKI oleh para pemimpin Indonesia yang menentukan Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada 17 Agustus 1945.Dirumah ini pula dirumuskan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Ahmad Subardjo, tokoh-tokoh yang hadir menyetujui teks Proklamasi di tanda tangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Teks Proklamasi tulisan tangan Bung Karno kemudian diketik oleh Sayuti Melik yang kita kenal saat ini : Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l dielenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 1945
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
Proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di depan rumah kediaman Bung Karno Jl. Pegangsaan Timur 56 jakarta. Proklamasi berjalan lancar tanpa kendala pada hari Jumat jam 10.00 pagi tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan 8 Ramadhan 1365 H. sebelum Pembacaan teks Proklamasi , Ir. Soekarno dalam pidato singkatnya antara lain mengatakan : “ sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan tanah air di dalam tangan kita sendiri., Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya”.
Suatu penegasan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah hasil perjuangan berpuluh-puluh tahun tanpa menyandarkan diri kepada bangsa lain.
Sesudah pembacaan teks Proklamasi, Ir. Soekarno berpidato lagi antara lain mengatakan :
“ mulai saat ini kita menyusun Negara kita Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, kekal dan abadi Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu”
Suatu pernyataan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah anugerah Allah S.W.T
Radio sebagai alat revolusi anugerah Tuhan mempunyai andil besar menyebar luaskan berita Proklamasi. Pagi itu juga (17 Agustus 1945), teks Proklamasi sudah sampai ketangan Kepala Bagian Radio Kantor Domei Waidan B. Panelewen (Domei adalah Kantor Berita dizaman pendudukan Jepang , sekarang kantor Berita Antara). Tentara Jepang melarang penyiaran tersebut namun Panelewen memerintahkan agar penyiaran diteruskan.
Akibatnya Kantor berita Domei di segel oleh Jepang. Namun seorang telegrafis “ Domei” bernama Syahrudin diam-diam menyiarkan berita Proklamasi keseluruh dunia pada sore hari jam 16.00 (17 agustus 1945), ketika personil-personil Jepang pada kantor tersebut sedang istirahat turun makan. Para penyiar tambah berani dan makin gencar menyiarkan berita Proklamasi. Yang terjadi kemudian, para angkasawan melakukan perebutan Kantor Radio Jepang “HOSOKYOKU”. Saat itu di Jawa ada delapan buah radio siaran bekas Hokoyoku.
Pada tanggal 11 September 1945 delapan utusan perwakilan radio tersebut dari Jakarta, Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang mengadakan pertemuan dirumah Adang Kadarusman Jl. Menteng Dalam Jakarta. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan berdirinya Radio Republik Indonesia (RRI) dan memilih dr. Abdulrahman Saleh sebagai Pimpinan Umum RRI yang pertama ( 11 September kemudian diperingati tiap tahun sebagai Hari Bhakti RRI)
RRI DIBALIK BERDIRI TEGAKNYA NKRI
Sejak pekik kemerdekaan menggema di bumi Indonesia dan di siarkan kesluruh dunia oleh RRI, ternyata pihak penjajah ( Jepang, Inggeris terutama Belanda) tidak rela melepaskan wilayah jajahannya. Namun rakyat Indonesia sudah bertekad mempertahankan kemerdekaannya, dengan semboyan : “MERDEKA atau MATI “, maka timbullah pertempuran mengusir serdadu Jepang.
Di Semarang terjadi pertempuran yang dikenal dalam sejarah “ pertempuran lima hari” (14-19 Oktober 1945). Di Yogyakarta, 26 September 1945 pemuda dan rakyat berhasil menguasai beberapa kantor dan jawatan dari kekuasaan Jepang .dan pada 5 Oktober 1945 Gedung Agung di Jadikan kantor Komite Nasional Daerah Yogyakarta. Terjadi pula pertempuran di Ambarawa, 20 Oktober 1945 melawan NICA (Belanda) yang membonceng pada sekutu.diBandung terjadi pertempuran melawan NICA dan sekutu pada 24-25 dan 27 Oktober 1945 yang dikenal dengan “Bandung Lautan Api”. Banyak lagi gerakan perlawanan mengusir Jepang, NICA, Sekutu.Dan semua gerakan perlawanan tersebut disiarkan RRI keseluruh dunia, pertanda bahwa Republik Indonesia masih berdiri tegak.
Kontribusi RRI yang tercatat dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa adalah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Saat itu pemuda Bung Tomo (Sutomo) mendirikan Radio Siaran khusus, bernama ”Radio Pemberontakan”. Melalui radio tersebut Bung Tomo membakar semangat rakyat dengan pekik “ Allahu akbar”, membakar semangat arek-arek Suroboyo mengusir tentara sekutu. Tokoh lain yang ikut membantu perjuangan arek-arek Suroboyo adalah KTUT TANTRI. Ia seorang perempuan asal Amerika, aktif mengobarkan semangat revolusioner para pemuda melalui Radio Pemberontakan Bung Tomo. Dalam pertempuran di Surabaya Komandan Brigade 49 sekutu Brigadir Jenderal A.W.S. MALLABY ( berkebangsaan Inggeris) tewas terbunuh.
Tanggal 10 November di jadikan hari besar Nasional diperingati tiap tahun sebagai “HARI PAHLAWAN”
Ranah Minang menyimpan penggalan sejarah, betapa RRI turut mengawal keutuhan NKRI.
Walau Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya, namun sangat sulit bagi Belanda meninggalkan tanah bekas jajahannya.” Belanda telah memperoleh kekayaan yang cukup banyak dari Indonesia sebagai hasil jerih payah bangsa Indonesia”, demikian Conraad Theodore Van De Venter dalam tulisan berjudul Een Eereschuld (Utang Budi) dimuat di majalah De Gids tahun 1899.
Pesan kemanusiaan warga bangsa Belanda (Van Deventer) ini dijawab oleh Belanda dengan melancarkan serangan (Agresi Militer I 21 Juli 1947, Agresi II 19 Desember 1948).
Menjelang jam 6 pagi, minggu 18 Desember 1948, lapangan terbang Maguwo Yogyakarta dilanda badai bom dan tembakan dari 14 pesawat pembom milik Belanda. Wakil Tinggi Mahkota Belanda di Indonesia Dr. BEEL pengganti Van Mook, sesaat setelah pemboman dalam pidato radionya mengatakan : Bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville.
Saat itu 150 personil tentara Indonesia, tidak berhasil mempertahankan lapangan terbang Maguwo.Dalam kontak senjata yang tak seimbang 128 orang diantara pejuang bangsa itu gugur menyiramkan darahnya dibumi pertiwi.Setelah Maguwo dikuasai, datang beberapa buah pesawat mendaratkan sekitar tiga batalyon militer Belanda dipimpin kolonel Van Langen. Pasukan Belanda memasuki kota Yogyakarta, menguasai kantor Pos Telepon dan Telegram dan Radio Republik Indonesia (RRI) .Tanpa mendapatkan perlawanan berarti Istana Gedung Agung dikuasai Belanda Bung Karno, Bung Hatta beserta anggota Kabinet lainnya yang sedang mengadakan rapat darurat ditawan oleh belanda. Tokoh Nasional lain yang ditangkap bersama Soekarno-Hatta adalah : Agussalim, Sutan syahrir, Assaat, Alisastroamijoyo, Moh.Roem, Leimena. Sebelum tetangkap, SOekarno-Hatta mengeluarkan dua mandate. Mandate pertama ditujukan kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara yang saat itu berada di Bukittinggi untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera. Mandate kedua ditujukan kepada Dubes RI Sudarsono dan stafnya L.N Palar di India, serta menteri keuangan A.A. Maramis yang saat itu juga berada di India untuk membentuk “ EXILE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA “
(pemerintahan dalam pengasingan ) di India. Kedua mandat tersebut ternyata tak bisa disampaikan karena kantor PTT dan RRI sudah dikuasai Belanda. Syafruddin berada di Sumatera sejak 10 November 1948 dalam rangka melaksanakan tugas kementerian .Ahad pagi 19 Desember 1948, Bukittinggi juga mendapat serangan membabi buta dari militer Belanda.
Namun ditengah gempuran tersebut Syafruddin menyelinap mendatangi Mr. Tengku M.Hasan dirumahnya Jl.Ateh Ngarai Bukittinggi.Keduanya sepakat membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan Ketua Syafruddin Prawiranegara dan wakil Ketua Mr. Tengku Muhammad Hasan. PDRI mempunyai 4 titik pusat Pemerintahan yaitu : Bukittinggi, Halaban, Kotatinggi dan Bidar Alam. Ahad malam 19 Desember 1948 Bukittinggi dikosongkan.Salah satu rombongan pasukan Pimpinan Residen sumatera tengah Moh.Rasyid menuju Halaban, terus ke Kotatinggi salah satu titik pusat Pemerintahan PDRI.Rombongan ini dilengkapi dengan seperangkat ‘ Pemancar Radio “. Para pejuang berhasil mengoperasikan stasiun radio ini dan berhasil mengontak stasiun radio di Jawa. Kawat balasan pertama dari Jawa datang dari KASUM APRI, Kolonel Simatupang , 19 Januari 1949.diterima pula kawat dari Wakil Panglima APRI, Kolonel A.H. Nasution. Mereka mengakui PDRI dan siap kerja sama.
Di Halaban Syafruddin berhasil membentuk cabinet PDRI pada 22 Desember 1948 .Sementara di Jawa pada 16 Mei 1949 dibentuk komisariat PDRI, di koordinir oleh Mr. Susanto Tirtoprojo.Syafruddin terus menggelorakan perang gerilya dari hutan ke hutan.Sementara itu dunia internasional terus menekan Belanda agar segera menghentikan agresinya. Pada 14 April 1949 . Komisi PBB berinisiatif mempertemukan pihak Republik Indonesia dengan Belanda, maka terjadilah perundingan yang dikenal dengan perjanjian Roem-Royen bertempat di Hotel Des Indes Jakarta. Salah satu keputusan Roem-Royen adalah persetujuan pengembalian pemerintahan Republik Indonesia Ke Yogyakarta.
Setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali Ke Yogyakarta, pada tanggal 13 Juli 1949 diadakan sidang kabinet pertama.Saat itu, Mr. Syafruddin Prawiranegara dengan didampingi Jenderal Sudirman mengembalikan mandatnya kepada Wakil Presiden Drs. Moh.Hatta.Dalam sidang kabinet itu juga diputuskan mengangkat Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX menjadi Menteri Pertahanan.
Tiga saudara kandung RRI yang juga mempercepat hengkangnya bangsa penjajah dari Indonesia adalah :
- Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang lain di Solo pada 9 Februari 1946, dipimpin oleh Mr. Sumanang sebagai ketua pertama.
- Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) yang juga lahir di Solo pada 8 Juni 1946.
- Domei menjelma menjadi LKBN Antara pada 31 Desember 1947 hingga tahun 1948, di Indonesia terdapat 124 surat kabar dengan oplah 405 ribu eksemplar.
(Penulis tinggal di Desa Tulo Kec. Dolo kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi tengah Hp. 0813 8225 6943)
Tulo, 6 September 2016
Penulis
PANTJEWA
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI