Mohon tunggu...
pantjewa ylapanusu
pantjewa ylapanusu Mohon Tunggu... Pemerhati Sejarah,Budaya dan Adat -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang 71 Tahun RRI

9 September 2016   23:36 Diperbarui: 10 September 2016   04:18 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di Semarang terjadi pertempuran yang dikenal dalam sejarah “ pertempuran lima hari” (14-19 Oktober 1945). Di Yogyakarta, 26 September 1945 pemuda dan rakyat berhasil menguasai beberapa kantor dan jawatan dari kekuasaan Jepang .dan pada 5 Oktober 1945 Gedung Agung di Jadikan kantor Komite Nasional  Daerah Yogyakarta. Terjadi pula pertempuran di Ambarawa, 20 Oktober 1945 melawan NICA (Belanda) yang membonceng pada sekutu.diBandung terjadi pertempuran melawan NICA dan sekutu pada 24-25 dan 27 Oktober 1945 yang dikenal dengan “Bandung Lautan Api”. Banyak lagi gerakan perlawanan mengusir Jepang, NICA, Sekutu.Dan semua gerakan perlawanan tersebut disiarkan RRI keseluruh dunia, pertanda bahwa Republik Indonesia masih berdiri tegak.

Kontribusi RRI yang tercatat dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa adalah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Saat itu pemuda Bung Tomo (Sutomo) mendirikan Radio Siaran khusus, bernama ”Radio Pemberontakan”. Melalui radio tersebut Bung Tomo membakar semangat rakyat dengan pekik  “ Allahu akbar”, membakar semangat arek-arek Suroboyo mengusir tentara sekutu. Tokoh lain yang ikut membantu perjuangan arek-arek Suroboyo adalah KTUT TANTRI. Ia seorang perempuan asal Amerika, aktif mengobarkan semangat revolusioner para pemuda melalui Radio Pemberontakan Bung Tomo. Dalam pertempuran di Surabaya Komandan Brigade 49 sekutu Brigadir Jenderal A.W.S. MALLABY ( berkebangsaan Inggeris) tewas terbunuh.

Tanggal 10 November di jadikan hari besar Nasional diperingati tiap tahun sebagai “HARI PAHLAWAN”

Ranah Minang menyimpan penggalan sejarah, betapa RRI turut mengawal keutuhan NKRI.

Walau Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya, namun sangat sulit bagi Belanda meninggalkan tanah bekas jajahannya.” Belanda telah memperoleh kekayaan yang cukup banyak dari Indonesia sebagai hasil jerih payah bangsa Indonesia”, demikian  Conraad Theodore Van De Venter dalam tulisan berjudul Een Eereschuld (Utang Budi) dimuat di majalah De Gids tahun 1899.

Pesan kemanusiaan warga bangsa Belanda (Van Deventer) ini dijawab oleh Belanda dengan melancarkan serangan (Agresi Militer I 21 Juli 1947, Agresi II 19 Desember 1948).

Menjelang jam 6 pagi, minggu 18 Desember 1948, lapangan terbang Maguwo Yogyakarta dilanda badai bom dan tembakan dari 14 pesawat pembom milik Belanda. Wakil Tinggi Mahkota Belanda di Indonesia Dr. BEEL pengganti Van Mook, sesaat setelah pemboman dalam pidato radionya mengatakan : Bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville.

Saat itu 150 personil tentara Indonesia, tidak berhasil mempertahankan lapangan terbang Maguwo.Dalam kontak senjata yang tak seimbang 128 orang diantara pejuang bangsa itu gugur menyiramkan darahnya dibumi pertiwi.Setelah Maguwo dikuasai, datang beberapa buah pesawat mendaratkan sekitar tiga batalyon militer Belanda dipimpin kolonel Van Langen. Pasukan Belanda memasuki kota Yogyakarta, menguasai kantor Pos Telepon dan Telegram dan Radio Republik Indonesia (RRI) .Tanpa mendapatkan perlawanan berarti Istana Gedung Agung dikuasai Belanda Bung Karno, Bung Hatta beserta anggota Kabinet lainnya yang sedang mengadakan rapat darurat ditawan oleh belanda. Tokoh Nasional lain yang ditangkap bersama Soekarno-Hatta adalah : Agussalim, Sutan syahrir, Assaat, Alisastroamijoyo, Moh.Roem, Leimena. Sebelum tetangkap, SOekarno-Hatta mengeluarkan dua mandate. Mandate pertama ditujukan kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara yang saat itu berada di Bukittinggi untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera. Mandate kedua ditujukan kepada Dubes RI Sudarsono dan stafnya L.N Palar di India, serta menteri keuangan A.A. Maramis yang saat itu juga berada di India untuk membentuk “ EXILE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA “

(pemerintahan dalam pengasingan ) di India. Kedua mandat tersebut ternyata tak bisa disampaikan karena  kantor PTT dan RRI sudah dikuasai Belanda. Syafruddin berada di Sumatera sejak 10 November 1948 dalam rangka melaksanakan tugas kementerian .Ahad pagi 19 Desember 1948, Bukittinggi juga mendapat serangan membabi buta dari militer Belanda.

Namun ditengah gempuran tersebut Syafruddin menyelinap mendatangi Mr. Tengku M.Hasan dirumahnya Jl.Ateh Ngarai Bukittinggi.Keduanya sepakat membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan Ketua Syafruddin Prawiranegara dan wakil Ketua Mr. Tengku Muhammad Hasan. PDRI mempunyai 4 titik pusat Pemerintahan yaitu : Bukittinggi, Halaban, Kotatinggi dan Bidar Alam. Ahad malam 19 Desember 1948 Bukittinggi dikosongkan.Salah satu rombongan pasukan Pimpinan Residen sumatera tengah Moh.Rasyid menuju Halaban, terus ke Kotatinggi salah satu titik pusat Pemerintahan PDRI.Rombongan ini dilengkapi dengan seperangkat ‘ Pemancar Radio “. Para pejuang berhasil mengoperasikan stasiun radio ini dan berhasil mengontak stasiun radio di Jawa. Kawat balasan pertama dari Jawa datang dari KASUM APRI, Kolonel Simatupang , 19 Januari 1949.diterima pula kawat dari Wakil Panglima APRI, Kolonel A.H. Nasution. Mereka mengakui PDRI dan siap kerja sama.

Di Halaban Syafruddin berhasil membentuk cabinet PDRI pada 22 Desember 1948 .Sementara di Jawa pada 16 Mei 1949 dibentuk komisariat PDRI, di koordinir oleh Mr. Susanto Tirtoprojo.Syafruddin terus menggelorakan perang gerilya dari hutan ke hutan.Sementara itu dunia internasional terus menekan Belanda agar segera menghentikan agresinya. Pada 14 April 1949 . Komisi PBB berinisiatif mempertemukan pihak Republik Indonesia dengan Belanda, maka terjadilah perundingan yang dikenal dengan perjanjian Roem-Royen  bertempat di Hotel Des Indes Jakarta. Salah satu keputusan Roem-Royen adalah persetujuan pengembalian pemerintahan Republik Indonesia Ke Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun