Mohon tunggu...
pantjewa ylapanusu
pantjewa ylapanusu Mohon Tunggu... Pemerhati Sejarah,Budaya dan Adat -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang 71 Tahun RRI

9 September 2016   23:36 Diperbarui: 10 September 2016   04:18 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di Solo berdiri lagi radio siaran yang secara terbuka sudah menggunakan nama Indonesia. Perkumpulan radio ini bernama SRI singkatan dari Siaran Radio Indonesia. Secara perlahan mulailah siaran-siaran radio Indonesia bermuatan politik. Pemerintah Hindia Belanda dengan siaran radionya  tidak mampu lagi membendung arus siaran radio berbahasa Indonesia. Dengan menggunakan kekuasaannya, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan “RADIO WET” (undang-undang Radio) sekaligus mendirikan perkumpulan radio bernama NEDERLANDS INDISCHE OMROEP MASTCHAPY (NIROM) - Maskapai Siaran Radio Hindia belanda pada tahun 1934.

NIROM sangat berkuasa karena mendapat lisensi dan subsidi dari pemerintah. Bahkan diberikan hak memungut ”iuran pendengar“ (Luister bijdrage) F 1.50 tiap bulandari setiap pesawat radio kota-kota besar di pulau Jawa. NIROM juga didukung dengan kekuatan saluran telepon dengan membangun jaringan sepanjang 1,2 juta meter menghubungkan kota-kota ; Batavia, Bogor, Sukabumi, bandung, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan Kota kota besar lainnya.

Hak monopoli , subsidi dan hak menarik iuran  yang dimiliki NIROM menjadi  bumerang bagi pemerintah  Kolonial Belanda. Karena NIROM berkewajiban me relay siaran dari semua stasiun pembayar iuran. Maka makin maraklah Siaran radio berbahasa Indonesia yang sudah bernuansa politik kebangsaan dan kemerdekaan.Pemerintah Kolonial Belanda tidak bisa berbuat banyak karena posisi Negeri Belanda sendiri makin terjepit dalam Perang Dunia II.

Satu-satunya cara adalah mencabut subsidi yang diberikan kepada NIROM  pada tahun 1937. Dengan demikian NIROM tidak lagi me relay siaran radio dari milik pribumi. Menghadapi kenyataan ini, salah seorang anggota Volksraad M. SUTARJO HADIKUSUMO (Dewan Rakyat – DPR) bersama Ir. Sarsito Mangunkusumo (pendiri SRV), berjuang mempertahankan eksistensi kebangsaan Indonesia. Kedua pejuang angkasawan tersebut mengundang wakil-wakil radio milik pribumi ; dari Jakarta, Bandung, Yokyakarta, Solo, Surabaya. Bertempat di Bandung pada 29 Maret 1937, para wakil radio siaran tersebut mengadakan pertemuan, berhasil melahirkan satu badan bernama “ PERIKATAN PERKUMPULAN RADIO KETIMURAN (PPRK) diketuai anggota VOLKSRAAD  M.SUTARJO HADIKUSUMO.

Cita-cita perjuangan para angkasawan PPRK berhasil gemilang, ketika pada 01 November 1940  menyelenggarakan siaran sendiri tanpa campur tangan NIROM. Siaran PPRK berlangsung terus hingga Indonesia diduduki militerisme  Jepang pada awal tahun 1942.

RADIO ERA KEKUASAAN JEPANG

RADIO ALAT REVOLUSI ANUGERAH TUHAN

RRI DIBALIK BERDIRI TEGAKNYA NKRI

Tokoh-tokoh pejuang PPRK (sebagai embrio dari RRI) telah menginspirasi para pejuang angkasawan di era kekuasaan Jepang, detik-detik Proklamasi hingga berdiri tegaknya NKRI.

Seusai Perang Dunia I (1914-1918), pecah lagi Perang Dunia II dimana berhadapan Blok sekutu ABDACOM “ American British Dutch Australian Comand melawan blok poros atau As sekutu dari Jerman, Jepang dan Italia.

Dalam PD II ini propaganda radio sangat menentukan kemenangan ekspansi Jepang dalam Perang Asia Timur Raya (DAI TOA SENSO). Lebih lebih lagi semboyan TIGA A (Nipon, Cahaya Asia, Nipon Pelindung Asia, Nipon Pemimpin Asia) sangat memukau para pendengar di Indonesia yang ingin segera merdeka dari penjajahan Belanda. Bahkan dengan hebatnya phsywar (perang urat saraf) yang dilancarkan radio Jepang, tentara pendudukan Belanda di Indonesia seolah-olah sudah kalah sebelum berperang. Maka wilayah Indonesia secara berangsur dikuasai oleh Jepang , dimulai dari Kalimantan Sulawesi, Sumatera hingga pulau Jawa. Akhirnya diwakili Gubernur Jenderal Belanda terakhir Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer dan Panglima tentaraBelanda Jenderal H.Ter Poorten menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1942 dalam perundingan di Kali Jati. Jepang diwakili Jenderal Hitoshi Mamura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun