Soekarno/Hatta
Proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di depan rumah kediaman Bung Karno Jl. Pegangsaan Timur 56 jakarta. Proklamasi berjalan lancar tanpa kendala pada hari Jumat jam 10.00 pagi tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan 8 Ramadhan 1365 H. sebelum Pembacaan teks Proklamasi , Ir. Soekarno dalam pidato singkatnya antara lain mengatakan : “ sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan tanah air di dalam tangan kita sendiri., Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya”.
Suatu penegasan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah hasil perjuangan berpuluh-puluh tahun tanpa menyandarkan diri kepada bangsa lain.
Sesudah pembacaan teks Proklamasi, Ir. Soekarno berpidato lagi antara lain mengatakan :
“ mulai saat ini kita menyusun Negara kita Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, kekal dan abadi Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu”
Suatu pernyataan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah anugerah Allah S.W.T
Radio sebagai alat revolusi anugerah Tuhan mempunyai andil besar menyebar luaskan berita Proklamasi. Pagi itu juga (17 Agustus 1945), teks Proklamasi sudah sampai ketangan Kepala Bagian Radio Kantor Domei Waidan B. Panelewen (Domei adalah Kantor Berita dizaman pendudukan Jepang , sekarang kantor Berita Antara). Tentara Jepang melarang penyiaran tersebut namun Panelewen memerintahkan agar penyiaran diteruskan.
Akibatnya Kantor berita Domei di segel oleh Jepang. Namun seorang telegrafis “ Domei” bernama Syahrudin diam-diam menyiarkan berita Proklamasi keseluruh dunia pada sore hari jam 16.00 (17 agustus 1945), ketika personil-personil Jepang pada kantor tersebut sedang istirahat turun makan. Para penyiar tambah berani dan makin gencar menyiarkan berita Proklamasi. Yang terjadi kemudian, para angkasawan melakukan perebutan Kantor Radio Jepang “HOSOKYOKU”. Saat itu di Jawa ada delapan buah radio siaran bekas Hokoyoku.
Pada tanggal 11 September 1945 delapan utusan perwakilan radio tersebut dari Jakarta, Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang mengadakan pertemuan dirumah Adang Kadarusman Jl. Menteng Dalam Jakarta. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan berdirinya Radio Republik Indonesia (RRI) dan memilih dr. Abdulrahman Saleh sebagai Pimpinan Umum RRI yang pertama ( 11 September kemudian diperingati tiap tahun sebagai Hari Bhakti RRI)
RRI DIBALIK BERDIRI TEGAKNYA NKRI
Sejak pekik kemerdekaan menggema di bumi Indonesia dan di siarkan kesluruh dunia oleh RRI, ternyata pihak penjajah ( Jepang, Inggeris terutama Belanda) tidak rela melepaskan wilayah jajahannya. Namun rakyat Indonesia sudah bertekad mempertahankan kemerdekaannya, dengan semboyan : “MERDEKA atau MATI “, maka timbullah pertempuran mengusir serdadu Jepang.