Ketakutan Itu Menimbulkan Penolakan
Tentu bagi kita yang tinggal di kota-kota besar meyakini bahwa teknologi dengan segala arus modernisasinya menciptakan kemudahan hidup. Frasa kemudahan hidup pun juga tak luput dari perdebatan karena maknanya sangatlah bias.Â
Pertanyaan-pertanyaan umum seperti kemudahan menurut siapa? Hidupnya siapa? Sebagai bentuk kritik tak lepas dari diskursus tentang teknologi. Kita selalu dipertontonkan bagaimana teknologi lantas membantu setiap sendi-sendi kehidupan dengan segala propaganda slogannya, terutama melalui iklan. Yang akhirnya, berkontribusi pada terciptanya sebuah kontruksi sosial berupa persepsi dalam memandang teknologi.
"Teknologi belum tentu mendatangkan kemudahan hidup, pun tidak semua dalam hidup menjadi mudah karena teknologi."
Keadaan itu berbanding terbalik dengan keadaan di masyarakat pedesaan. Saya pernah menulis tentang kebijakan MIFEE di zaman SBY dan dasar penolakan atas kebijakan tersebut.Â
Salah satu kelompok masyarakat yang sangat terganggu dengan adanya mega proyek tersebut yaitu Suku Marind Anim. Salah satu point penting yang bisa kita ambil bahwa penolakan itu didasari oleh ketakutan akan konsep pembangunan pertanian yang terintegrasi dan modern; dengan luasan lahan yang sangat luas.Â
Ketakutan itu bukan tanpa sebab musabab, selain terjadinya penggusuran atas ruang hidup juga lambat laun tentu menimbulkan perubahan sosial dalam struktur maupun fungsi mencakup norma, nilai, pola-pola perilaku masyarakat, lapisan masyarakat hingga hal yang paling kecil seperti interaksi sosial secara menyeluruh.
Munafi dan Tenri (2016)7 dalam penelitiannya tentang modernisasi perikanan di Kota Baubau ataupun penelitian Hamzah (2009)8 di Kabupaten Muna menunjukkan bahwa walaupun pemerintah setempat melalui kebijakannya menghendaki teknologi berinfiltrasi ke dalam kehidupan masyarakat mereka, tetapi cara-cara dan corak perikanan tradisional masih dipergunakan hingga saat ini.Â
Bagi peneliti mengadopsi teknologi atau tidak tergantung pada aspek ekonomi, sosial, religius, psikologis, dan budaya karena tentu akan berujung pada perubahan kehidupan dan sistem sosial yang ada.Â
Meminjam pendapat Giddens9, Â cara hidup yang dimunculkan oleh modernitas telah membersihkan kita dari semua jenis tatanan sosial tradisional, dengan cara yang tidak pernah ada sebelumnya. Dalam hal ekstensionalitas maupun intensionalitasnya, transformasi yang berlangsung di dalam modernitas lebih menonjol ketimbang sebagian besar karakteristik perubahan periode sebelumnya.Â