Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Jiwa Saya Tertinggal di Berandamu

21 September 2021   15:45 Diperbarui: 21 September 2021   15:54 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berusaha memahami apa yang telah ia sampaikan. Mulanya saya terkejut, ketika perempuan di depan saya ini memanggil saya. Memberondong pertanyaan. Hingga membawa saya duduk di beranda.

Kenapa saya tidak berusaha menolaknya, juga saya tidak bisa menjelaskan. Sepenuhnya saya sadar. Jika perempuan di depan saya ini tidak saya kenal. Tetapi ketika ia mengajak saya, saya secara sukarela menyerahkan diri saya.

"Bukan. Bukan tidak menepati janji. Ia pergi untuk selamanya. Aku tahu beberapa minggu setelahnya. Padahal, beberapa pekan setelahnya, kami akan menikah. Tetapi takdir berkata lain."

Saya hanya mengangguk saja. Sejujurnya saya ingin bertanya ini itu. Tetapi ada penolakan dalam pikirin saya. Kalau-kalau nanti, pertanyaan saya salah dan membuatnya tidak nyaman.

Saya membeli tiket kereta api pulang dan pergi. Jadwal kepulangan saya pukul 19.00. Tetapi, saya merasa tidak ingin meninggalkan tempat ini. Saya ingin bertahan di sini. Mendengarkan ceritanya yang kacau. Dengan senyuman yang melemahkan saya sepenuhnya.

Setelah pengakuan itu, ada semacam jarak yang muncul begitu saja. Yang tidak saya inginkan.

"Kamu mau kemana Bin?

Saya tersenyum. Saya katakan sejujurnya, jika saya tidak mempunyai tujuan yang jelas.

"Ada hal-hal yamg membuat kita harus lari dari jeratan hidup. Mungkin Itu alasan saya ke kota ini. Juga, barangkali Tuhan telah megatur pertemuan kita dengan seksama.." saya tersenyum.

Cantika, demikian nama perempuan itu. Ia mengantar saya ke stasiun. Juga ia dengan repotnya, membawakan saya makanan.

"Ini bisa buat hiburan di kereta api. Aku pernah ke kotamu. Cukup melelahkan jika dengan kereta api" ucapnya sembari menyorongkan bungkusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun