Mohon tunggu...
Alit Teja Kepakisan
Alit Teja Kepakisan Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis di KOPPI

Menulislah dan tetap berpikir!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Presiden, Cerita Kutukan Hingga Keretakan Politik

5 Mei 2022   04:52 Diperbarui: 5 Mei 2022   05:03 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di periode kedua jika ada yang mengatakan karena kutukan dalam pengertian mistis sebagaimana cerita yang beredar itu mungkin bisa saja tetapi kegagalan itu menurut saya jika dikaji dari perspektif politik yaitu opini pribadi bahwa presiden cenderung akan mengalami kehilangan dukungan politik dan hampir dikatakan sangat pasti dia akan kehilangan dukungan politik di periode kedua. Politik hal ini adalah dalam pengertian dukungan politik di parlemen jika dalam konteks kontestasi dukung partai politik kepada presiden, maka menjadi pertanyaan apakah bisa pelukan itu masih erat di dekat penghujung periode kedua?                                                                                                                                                                                                                                                             

Di Indonesia dalam praktiknya meskipun konstitusi memberikan hak prerogatif kepada presiden untuk membentuk kabinetnya dalam menjalankan roda pemerintahan tetapi permainan politik partai atau bagi-bagi kursi tidak terhindarkan dalam pembentukan kabinet itu sendiri bahkan dengan konsep ambang batas untuk pencalonan presiden sebenarnya makin menegaskan bahwa dukungan parlemen saat mencalonkan sudah diperlukan yaitu dengan ambang batas atau threshold 20% semakin memperlihatkan hal itu.

Padahal konsep pemisahan kekuasaan idealnya parlemen mengawasi jalannya eksekutif tetapi apa jadinya jika eksekutif dan legislatif malah mesra dan malah tidak pernah setidaknya kritis terhadap pemerintah? Selain mesra bahkan partai masih menuntut untuk dimasukkan ke dalam kabinet? 

Aneh, tapi poin yang mau saya sampaikan bahwa kemesraan itu akan sirna  dalam periode kedua khususnya dalam hal perpolitikan di Indonesia yaitu dengan dimulainya dua tahun sebelum pemilu dimulai kemesraan akan sirna karena masing-masing memanaskan mesin politik akan dimulai. Presiden dalam menuju akhir masa jabatannya sudah sebaiknya dia berpikir bahwa dia adalah mandat langsung dari rakyat  bukan hanya sekedar mandat partai politik yang secara kasarnya hanya sebuah kendaraan.

Penyebab kegagalan di periode kedua menurut opini saya adalah terkait dengan dukungan presiden yang akan melemah di masa penghujung masa jabatannya baik dukungan dari rakyat maupun dari parlemen, seperti contoh konkrit presiden Joko Widodo saat ini. Memasuki tahun 2022 koalisi presiden Joko Widodo mulai terlihat keretakannya sebagaimana banyak artikel yang mengatakan itu  karena masing-masing partai politik akan memanaskan kendaraan menuju ke 2024, bahkan memasuki tahun 2020 salah satu pakar mengingatkan bahwa sebaiknya Jokowi benar-benar lepas dari anasir-anasir lainnya agar dia mendengarkan kehendak rakyat karena dia harus menggunakan mandat langsung sebagaimana konsekuensi dari konsep sistem presidensial yang mana eksekutif mendapatkan mandat langsung dari rakyat bukan dari parlemen saja dan bahwa harus sadar dibalik kursi kepresidenan itu banyak harapan dari rakyat dan sebaiknya fokus untuk memanfaatkan sisa waktu masa jabatan.

Dan mungkin menurut prediksi saya setelah pendaftaran calon presiden & wakil presiden saya yakin presiden Jokowi akan semakin hari akan semakin tidak akan terlihat beritanya karena ditutupi oleh riah-riuh pencalonan dan panasnya politik berbeda saat dia mencalonkan diri kembali untuk kedua periode. 

Meskipun kinerja baik atau buruk kesempatan untuk memperbaiki di periode kedua ada tetapi kini sudah berada di penghujung bahkan beban politik tidak ada di penghujung periode kedua maka sebaiknya manfaatkan waktu yang ada dan memperbaiki apa yang seharusnya dilakukan demi kebaikan bangsa lalu jangan terlalu hiraukan riah-riuh politik yang menyarankan untuk memperpanjang masa jabatan ketiga periode karena saya yakin Jokowi adalah negarawan sudah pasti memahami bahwa taat konstitusi saja tidak cukup melainkan harus paham esensi dari konstitusi itu sendiri yaitu kekuasaan yang dibatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun