Tak memuatinya dengan kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok. Memastikan bahwa UN untuk bersama, yaitu untuk bangsa dan negara. Sehingga, semua fokus untuk masa depan anak, masa depan bangsa.
Saya dan orang-orang yang seumuran dengan saya sangat ingat bahwa pada zaman masih sekolah, yang namanya ujian, atau saat itu disebut dengan istilah Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang diinisiasi oleh pemerintah pusat dan Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) yang diinisiasi oleh pemerintah daerah tak pernah menimbulkan rasa takut dan khawatir, baik terhadap siswa maupun orangtua.
Sebab, saat itu orientasi pendidikan tak mengarah ke perihal nilai. Nilai tak dijadikan serupa panglima, seperti pendidikan pada masa kini. Sehingga, siswa mendapat nilai berapa pun tak terlalu menjadi beban.
Sebab, nilai disadarinya sebagai gambaran potensi siswa secara autentik. Dan, memang demikianlah seharusnya. Karena, sekali lagi, ujian dalam hal ini UN sejatinya menyiapkan siswa memasuki kehidupan nyata, tak sekadar meraih nilai dalam lembaran kertas yang berhologram .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H