Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Toilet Sekolah Bersih, Wujud Sikap Menghargai

25 Desember 2024   15:01 Diperbarui: 26 Desember 2024   19:25 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toilet sekolah digunakan oleh semua warga sekolah. Toilet siswa dengan toilet guru dan karyawan dibedakan. Perbedaannya adalah toilet siswa untuk siswa. Toilet guru dan karyawan untuk guru dan karyawan.

Baik toilet siswa maupun toilet guru dan karyawan seharusnya dijaga tetap bersih. Kebersihan toilet siswa menjadi tanggung jawab siswa. Sedangkan, kebersihan toilet guru dan karyawan menjadi tanggung jawab petugas yang umumnya karyawan sekolah tenaga teknis.

Untuk menerapkan sikap tanggung jawab siswa terhadap toilet siswa umumnya diberlakukan bagi kelas per kelas. Artinya, masing-masing kelas diberi tanggung jawab menjaga kebersihan toilet kelas mereka.

Ini seperti yang diberlakukan di sekolah tempat saya mengajar. Tiap-tiap kelas memiliki satu toilet yang harus mereka sendiri jaga kebersihannya. Karenanya, tiap-tiap kelas diserahi anak kunci dan induk kunci atau gembok.

Hal seperti ini sangat mungkin diberlakukan di sekolah lain. Satu kelas satu toilet beserta sarana proteksinya, yakni anak kunci dan gembok. Tetapi, seandainya toilet terbatas yang berefek terhadap pemakainya, yaitu dipakai oleh beberapa kelas, sudah pasti tetap ada yang diberi tanggung jawab.

Di jenjang sekolah dasar (SD) dan yang sederajat, misalnya, yang diberi tanggung jawab umumnya karyawan sekolah atau guru yang bekerja sama dengan karyawan sekolah. Sebab, siswa SD, terutama siswa di kelas bawah, masih belum mampu menerima peran ini.

Sementara di jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan yang sederajat, juga di jenjang sekolah menengah atas (SMA)/sekolah menengah kejuruan (SMK) dan yang sederajat yang diberi tanggung jawab adalah siswa.

Sebab, siswa seusia mereka dipandang sudah bisa diberi tanggung jawab tentang hal termaksud, yang berbeda dengan siswa jenjang SD dan yang sederajat.

Siapa pun yang diberi tanggung jawab mengenai kebersihan toilet memiliki kesamaan maksud. Yaitu, agar toilet tetap bersih sekalipun dipakai berulang-ulang oleh orang yang berbeda.

Baik dipakai untuk buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB). Setidak-tidaknya bekas dan atau bau hasil oksidasi dalam tubuh tak mengganggu, baik tak mengganggu penciuman maupun penglihatan.

Toilet sekolah berbeda dengan toilet umum. Pemakai toilet sekolah adalah orang-orang yang memiliki relasi dekat. Mereka saling mengenal satu dengan yang lain.

Apalagi kalau toilet sekolah dimiliki oleh setiap kelas. Pemakainya tak hanya mengenal satu terhadap yang lain, tetapi sudah seperti keluarga sendiri, sekurang-kurangnya sebagai keluarga kelas.

Setiap hari efektif masuk sekolah, mereka senantiasa saling bertemu. Tentu saja kecuali yang tak masuk sekolah, entah sakit atau alpa. Yang masuk sekolah sudah pasti selalu saling berjumpa.

Dalam kondisi seperti ini menjaga kebersihan toilet lebih mudah dilaksanakan. Sebab, siswa dalam satu kelas relatif mudah dikoordinasikan untuk mewujudkan tanggung jawab. Termasuk tanggung jawab mengenai kebersihan toilet.

Satu sekolah dengan sekolah lain dalam menerapkan tanggung jawab tentang kebersihan toilet bisa saja berbeda. Perbedaan ini terjadi karena konteks setiap sekolah berbeda. Tetapi, seperti sudah disebut di atas, ada maksud yang sama, yaitu toilet bersih.

Toilet sekolah bersih itu wujud sikap menghargai. Sekurang-kurangnya, menghargai fisik atau bangunan toilet. Sebab, bangunan toilet diadakan atas pemikiran dan anggaran.

Jadi, ada energi yang dikeluarkan. Ada dana yang dikeluarkan. Dan, terkait dengan dana tak mudah sekolah mendapatkannya. Sering memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mendapatkannya dari pemerintah.

Sekolah tak dapat meminta bantuan dana dari orangtua/wali siswa untuk apa pun, termasuk, misalnya, mengadakan toilet sekolah. Tentu ini konteksnya sekolah negeri. Artinya, atas dasar pengadaannya yang tak mudah ini, sudah seharusnya semua warga sekolah menghargai keberadaan toilet.

Toilet yang bersih pasti lebih awet. Lebih lama bisa dipakai. Dengan begitu, dana untuk memperbaiki tak terlalu sering. Jadi, ada efisiensi anggaran. Bukankah hal ini berarti juga menghargai rezeki yang dianugerahkan oleh Tuhan? Tidak boros, tetapi tak berarti pelit.

Tetapi yang lebih daripada ini adalah adanya toilet untuk memenuhi kebutuhan penting orang. Agar, orang yang membutuhkan tak mengalami kesulitan dan kesakitan.

Dalam bahasa yang berbeda, toilet diadakan untuk menghargai orang atau pemakai. Dengan begitu, orang tak lagi menghadapi kesulitan saat hendak BAK atau BAB.

Coba Anda bayangkan ketika Anda sudah merasa kebelet BAK atau BAB dan di lokasi Anda berada tak dijumpai toilet. Yang Anda rasakan adalah kesakitan bukan? Yang mungkin kali pertama adalah perasaan kurang nyaman. Artinya, batin Anda sakit.

Selanjutnya, kesakitan itu akan merambah ke fisik Anda jika tak segera ditemukan toilet. Sebab, Anda harus menahan BAK atau BAB dalam beberapa waktu hingga ditemukan toilet.

Tentang hal ini tak perlu dituliskan. Sebab, nyaris hampir semua orang pernah mengalaminya, yang ketika ditanyakan, jawabannya cenderung sama, yaitu sakit. Kapok! Tak mau lagi! Karena, tak ada toilet.

Kalau pun ada toilet, tetapi kebersihannya tak terjaga, orang akan merasa jijik. Dan, bukan mustahil, orang termaksud akan tetap menahan BAK atau BAB-nya. Dan, ini, sekali lagi, sungguh membikin sakit.

Hal ini menunjukkan bahwa, baik tak ada toilet maupun ada toilet, tetapi tak bersih, dapat menimbulkan kesakitan, baik kesakitan psikis maupun fisik. Sampai seperti inilah nilai toilet bagi hidup kita.

Sekalipun, toilet identik dengan kotor dan jijik, tetapi keberadaannya tak dapat dipisahkan dengan kelangsungan hidup kita. Hampir setiap waktu, tanpa disangka-sangka, kita membutuhkannya. Karenanya, kebersihannya harus senantiasa terjaga.

Apalagi toilet sekolah dipakai oleh banyak warga sekolah dari latar belakang yang berbeda. Sangat mungkin toilet menjadi sumber penyakit menular. Dan, entah tak mudah mendeteksi siapa yang membawa.

Karenanya, untuk sama-sama saling menghargai kesehatan, menjaga kebersihan toilet harus menjadi prioritas. Artinya, siapa pun yang memanfaatkan toilet, baik untuk BAK maupun BAB, harus membersihkannya langsung.

Tanpa menunda. Apalagi membiarkannya berlama-lama. Yang, sudah pasti akhirnya mengganggu hidung dan mata bagi siapa pun yang memasuki berikutnya toilet termaksud.

Kemauan membersihkan langsung toilet yang habis dipakainya sama artinya menghargai kesehatan, baik kesehatan diri sendiri maupun orang lain.

Dan, sudah dapat ditandai bahwa orang yang langsung membersihkan toilet yang habis digunakannya, tanpa meninggalkan bau dan bekas, adalah orang yang sungguh menghargai kesehatannya sendiri.

Tetapi, sekaligus menyediakan "ruang ramah" bagi orang lain. Sehingga, orang lain dengan senang hati memanfaatkan ruang ini untuk memenuhi kebutuhannya.

Karena dalam hal ini konteksnya adalah toilet, orang yang bersangkutan pasti dengan rasa nyaman dan senang saat memanfaatkannya, baik untuk BAK maupun BAB. Dikarenakan, sekali lagi, toilet bersih.

Toilet sekolah bersih berarti pula menghargai hak banyak pihak. Sebab, jika semua kelas memiliki toilet yang kebersihannya terjaga, sudah pasti siswa memanfaatkan toilet kelasnya masing-masing. Bukankah ini berarti saling menghargai hak?

Tak ada yang meremehkan hak pihak lain. Tak mungkin ada yang berperilaku kurang adab, misalnya, menggunakan toilet milik kelas lain. Buat apa menggunakan toilet milik kelas lain, jika toilet kelasnya (sendiri) terjaga kebersihannya?

Bahkan, toilet milik kelas yang terjaga kebersihannya telah menunjukkan kepada kita bahwa di sana ada sikap saling menghargai satu siswa dengan siswa yang lain.

Pun demikian toilet guru dan karyawan yang kebersihannya terjaga memberikan tanda yang sama, yaitu di sana guru dan karyawan satu dengan yang lain saling menghargai.

Saya membayangkan betapa nyamannya, tertibnya, dan bahagianya jika yang terjadi di sekolah seperti ini. Semua warga sekolah care terhadap toilet yang tak pernah sehari pun tak terjamah. Pasti dijamah, dimanfaatkan, oleh banyak siswa, guru, dan karyawan sekolah.

Toilet umumnya memang berada di lokasi (paling) belakang atau di pinggir, jauh dari pusat keramaian. Tetapi, kita menyadari bahwa toilet menjadi area privasi untuk menemukan kelegaan, kegembiraan, dan kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun