Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Toilet Sekolah Bersih, Wujud Sikap Menghargai

25 Desember 2024   15:01 Diperbarui: 26 Desember 2024   19:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toilet sekolah berbeda dengan toilet umum. Pemakai toilet sekolah adalah orang-orang yang memiliki relasi dekat. Mereka saling mengenal satu dengan yang lain.

Apalagi kalau toilet sekolah dimiliki oleh setiap kelas. Pemakainya tak hanya mengenal satu terhadap yang lain, tetapi sudah seperti keluarga sendiri, sekurang-kurangnya sebagai keluarga kelas.

Setiap hari efektif masuk sekolah, mereka senantiasa saling bertemu. Tentu saja kecuali yang tak masuk sekolah, entah sakit atau alpa. Yang masuk sekolah sudah pasti selalu saling berjumpa.

Dalam kondisi seperti ini menjaga kebersihan toilet lebih mudah dilaksanakan. Sebab, siswa dalam satu kelas relatif mudah dikoordinasikan untuk mewujudkan tanggung jawab. Termasuk tanggung jawab mengenai kebersihan toilet.

Satu sekolah dengan sekolah lain dalam menerapkan tanggung jawab tentang kebersihan toilet bisa saja berbeda. Perbedaan ini terjadi karena konteks setiap sekolah berbeda. Tetapi, seperti sudah disebut di atas, ada maksud yang sama, yaitu toilet bersih.

Toilet sekolah bersih itu wujud sikap menghargai. Sekurang-kurangnya, menghargai fisik atau bangunan toilet. Sebab, bangunan toilet diadakan atas pemikiran dan anggaran.

Jadi, ada energi yang dikeluarkan. Ada dana yang dikeluarkan. Dan, terkait dengan dana tak mudah sekolah mendapatkannya. Sering memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mendapatkannya dari pemerintah.

Sekolah tak dapat meminta bantuan dana dari orangtua/wali siswa untuk apa pun, termasuk, misalnya, mengadakan toilet sekolah. Tentu ini konteksnya sekolah negeri. Artinya, atas dasar pengadaannya yang tak mudah ini, sudah seharusnya semua warga sekolah menghargai keberadaan toilet.

Toilet yang bersih pasti lebih awet. Lebih lama bisa dipakai. Dengan begitu, dana untuk memperbaiki tak terlalu sering. Jadi, ada efisiensi anggaran. Bukankah hal ini berarti juga menghargai rezeki yang dianugerahkan oleh Tuhan? Tidak boros, tetapi tak berarti pelit.

Tetapi yang lebih daripada ini adalah adanya toilet untuk memenuhi kebutuhan penting orang. Agar, orang yang membutuhkan tak mengalami kesulitan dan kesakitan.

Dalam bahasa yang berbeda, toilet diadakan untuk menghargai orang atau pemakai. Dengan begitu, orang tak lagi menghadapi kesulitan saat hendak BAK atau BAB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun