Toilet sekolah berbeda dengan toilet umum. Pemakai toilet sekolah adalah orang-orang yang memiliki relasi dekat. Mereka saling mengenal satu dengan yang lain.
Apalagi kalau toilet sekolah dimiliki oleh setiap kelas. Pemakainya tak hanya mengenal satu terhadap yang lain, tetapi sudah seperti keluarga sendiri, sekurang-kurangnya sebagai keluarga kelas.
Setiap hari efektif masuk sekolah, mereka senantiasa saling bertemu. Tentu saja kecuali yang tak masuk sekolah, entah sakit atau alpa. Yang masuk sekolah sudah pasti selalu saling berjumpa.
Dalam kondisi seperti ini menjaga kebersihan toilet lebih mudah dilaksanakan. Sebab, siswa dalam satu kelas relatif mudah dikoordinasikan untuk mewujudkan tanggung jawab. Termasuk tanggung jawab mengenai kebersihan toilet.
Satu sekolah dengan sekolah lain dalam menerapkan tanggung jawab tentang kebersihan toilet bisa saja berbeda. Perbedaan ini terjadi karena konteks setiap sekolah berbeda. Tetapi, seperti sudah disebut di atas, ada maksud yang sama, yaitu toilet bersih.
Toilet sekolah bersih itu wujud sikap menghargai. Sekurang-kurangnya, menghargai fisik atau bangunan toilet. Sebab, bangunan toilet diadakan atas pemikiran dan anggaran.
Jadi, ada energi yang dikeluarkan. Ada dana yang dikeluarkan. Dan, terkait dengan dana tak mudah sekolah mendapatkannya. Sering memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mendapatkannya dari pemerintah.
Sekolah tak dapat meminta bantuan dana dari orangtua/wali siswa untuk apa pun, termasuk, misalnya, mengadakan toilet sekolah. Tentu ini konteksnya sekolah negeri. Artinya, atas dasar pengadaannya yang tak mudah ini, sudah seharusnya semua warga sekolah menghargai keberadaan toilet.
Toilet yang bersih pasti lebih awet. Lebih lama bisa dipakai. Dengan begitu, dana untuk memperbaiki tak terlalu sering. Jadi, ada efisiensi anggaran. Bukankah hal ini berarti juga menghargai rezeki yang dianugerahkan oleh Tuhan? Tidak boros, tetapi tak berarti pelit.
Tetapi yang lebih daripada ini adalah adanya toilet untuk memenuhi kebutuhan penting orang. Agar, orang yang membutuhkan tak mengalami kesulitan dan kesakitan.
Dalam bahasa yang berbeda, toilet diadakan untuk menghargai orang atau pemakai. Dengan begitu, orang tak lagi menghadapi kesulitan saat hendak BAK atau BAB.