Siswa yang sudah merasa bahagia oleh karena suasana di rumah sangat mendukung, tentu semakin bahagia. Karena, di sekolah pun, suasana juga mendukung. Sehingga, lengkaplah kebahagiaan mereka.
Sementara itu, siswa yang merasa suasana hatinya kurang bahagia karena mungkin suasana di rumah kurang mendukung, atau suasana rumah yang sudah mendukung tetapi sewaktu menuju ke sekolah agak terganggu, 5S yang diterapkan guru sedikit banyak memberi warna suasana yang berbeda. Meskipun sangat mungkin tak bertahan lama.
Artinya, saat berada di hadapan guru, ketika mereka memasuki pintu gerbang sekolah, tersenyum dan memberi salam, tetapi bukan mustahil selepasnya mulai hilang gairahnya berada di sekolah atau bahkan belajarnya.
Setidak-tidaknya dua hal ini yang bermakna bagi siswa dengan adanya kebiasaan 5S. Yaitu, pertama, menambah semangat siswa memasuki ruang belajar dan kedua, menghibur siswa --meskipun, seperti sudah disebut di atas, sesaat sifatnya-- ketika memasuki ruang belajar.
Bagi guru, momen seperti ini tak hanya sebatas untuk menyemangati dan menghibur siswa memasuki ruang belajar, tetapi melihat wajah siswa, yang, disadari atau tidak, menyimpan banyak cerita yang harus dimengerti oleh guru.
Cerita yang tersimpan di wajah siswa dapat "dibaca". Saat menyambut mereka di pintu gerbang sekolah, guru sudah dapat membacanya. Setidak-tidaknya dapat mengklasifikasikan menjadi dua, yaitu wajah yang ceria dan yang tak, atau kurang ceria.
Ada wajah ceria yang selalu melekat pada diri siswa, tanpa ada jeda. Setiap hari selalu ceria. Sepertinya, ia tak memiliki beban apa pun. Padahal, sebagai siswa sudah pasti ada tugas yang harus diselesaikan. Tetapi, baginya, boleh jadi tugas tak menjadi beban.
Karena, tugas dikerjakan sesuai dengan jadwal pribadi yang sudah disusun. Ada memang siswa yang senantiasa memiliki jadwal harian untuk ditaati. Sehingga, tak ada pekerjaan atau kewajiban, baik berupa tugas sekolah maupun rumah, yang tertunda. Mengerjakannya tepat waktu. Ini tipe siswa yang disiplin.
Siswa yang seperti ini selalu membawa aura kebahagiaan dan kegembiraan. Tak hanya dirasakannya sendiri aura ini. Tetapi, siapa pun yang terkoneksi dengannya ikut merasakannya.
Bahkan, termasuk, misalnya, yang ada di sekolah tempat saya mengabdi, guru yang bertugas 5S, pasti turut merasakan ketika bertemu siswa yang seperti ini. Guru pasti "terhipnotis" aura kebahagiaan dan kegembiraannya. Seolah ada energi baru yang semakin meneguhkan guru berkarya pada hari ini.
Ada juga wajah siswa yang ceria, tetapi tak setiap waktu. Artinya, kadang terlihat ceria pada satu hari, tetapi pada satu hari yang lain keceriaannya hilang. Kenyataan seperti ini, di sekolah tempat saya mengajar, sering dijumpai oleh guru yang bertugas, termasuk saya.