Oleh karena itu, rasanya kurang tepat kalau misalnya ada sebagian orangtua berpandangan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah. Karena, pendidikan dan pembimbingan anak sudah diserahkan ke sekolah oleh orangtua.
Lebih celaka (lagi) kalau ada orangtua berpikir bahwa manfaat orangtua membayar mahal kepada sekolah memang untuk menyerahkan seutuhnya pendidikan dan pembimbingan anak kepada sokolah.
Hal ini dilakukan tentu saja agar orangtua bisa lebih fokus terhadap aktivitasnya. Tak perlu diganggu oleh persoalan anak. Anak sudah menjadi bagian penting tanggung jawab sekolah.
Gambaran seperti ini sangat mungkin ada dan terjadi. Yaitu, umumnya, di sekolah swasta. Sebab, sejak di pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA)/sekolah menengah kejuruan (SMK) dan yang sederajat di swasta tak ada yang gratis. Semua membayar.
Karena, perlu biaya untuk operasional, gaji guru, dan karyawan. Sekolah swasta tak akan dapat melakukannya jika tak ada dukungan dana dari orangtua.
Berbeda dengan di sekolah negeri, yang nyaris orangtua tak mengeluarkan biaya pendidikan. Mulai dari tingkat PAUD sampai dengan SMA/SMK dan yang sederajat, orangtua tak keluar dana. Karena, semua biaya pendidikan, operasional, gaji guru, dan karyawan ditanggung oleh pemerintah.
Namun, tak berarti guru dan karyawan di sekolah negeri boleh seenaknya melayani anak-anak. Tentu tak seperti ini. Guru dan karyawan di sekolah negeri justru harus lebih baik dalam mendampingi anak. Sebab, tak perlu khawatir mengenai kewajiban pemerintah terhadap tugas yang mereka kerjakan.
Perihal guru memberi perhatian terhadap siswa bermasalah, baik di sekolah negeri maupun swasta, sama saja. Senantiasa yang dilakukan, seperti sudah disebut di atas, adalah adanya pertemuan guru dan orangtua.
Dalam pertemuan ini tak perlu mencari kesalahan yang kemudian mengakibatkan anak bermasalah. Tak penting menelisik bagian ini. Sebab, akan buang-buang energi saja.
Tapi, keterbukaan kedua belah pihak dalam berbagi informasi mengenai keberadaan anak, ini bagian yang sangat penting. Tanpa ada pihak yang berusaha menutupi untuk mengarah ke posisi "menang" sendiri.
Dalam konteks ini, yang harus dibangun adalah posisi setara. Posisi yang sama-sama memiliki motivasi yang mengarah terhadap penyelamatan anak, sekali lagi, agar anak mendapatkan pendampingan dan pembersamaan selama mengenyam pendidikan.