Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komunikasi Orangtua dan Guru Menyelamatkan Anak

2 November 2024   12:24 Diperbarui: 2 November 2024   12:57 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada habisnya membicarakan anak yang memiliki masalah. Tapi, justru anak yang masih sekolah, karena problemnya, orangtua dan guru dapat bertemu. Dan, realitas seperti ini hampir pasti dihadapi oleh semua sekolah.

Hanya, memang, sekolah satu dengan yang lain memiliki kuantitas yang berbeda. Artinya, ada sekolah yang memiliki banyak siswa bermasalah. Tapi, ada sekolah yang memiliki sedikit siswa yang mempunyai problem.

Terkait problem yang dialami siswa, rerata sama di satu sekolah dengan sekolah yang lain. Problem tersebut di antaranya adalah anak membolos sekolah, tak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR), dan tak menaati tata tertib sekolah.

Tak menaati tata tertib sekolah, banyak macamnya. Misalnya, melakukan perundungan, merokok, menyemir rambut, memotong rambut dalam model yang tak seharusnya, dan baju tak dilengkapi atribut.

Hanya, dalam hal ini, ukuran pelanggaran tata tertib satu sekolah dengan sekolah yang lain dapat saja berbeda. Misalnya, perihal rambut. Ada sekolah yang membolehkan rambut siswa disemir, tapi ada juga sekolah yang tak membolehkan rambut siswa disemir.

Ada sekolah yang mengizinkan rambut siswa laki-laki sampai menutup kerah baju. Tapi, ada juga sekolah yang tak mengizinkannya, sehingga jika rambut siswa laki-laki sampai menutupi, atau menyentuh kerah baju saja, sudah tergolong pelanggaran tata tertib sekolah. Ini termasuk yang diterapkan di sekolah tempat saya mengajar.

Ya, satu sekolah dengan sekolah yang lain, dalam hal ini, dapat berbeda. Tapi, perihal siswa bermasalah adalah hal yang tak berbeda. Artinya, mereka memiliki keberadaan yang sama karena sama-sama melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.

Dalam pandangan yang positif, anak yang sedang menghadapi persoalan justru, seperti sudah disebut di atas, dapat mempertemukan orangtua dan guru. Realitas seperti ini yang lebih sering dijumpai di sekolah. Maksudnya, orangtua dan guru membangun pertemuan karena anak memiliki masalah.

Ini dapat diartikan bahwa orangtua dan guru tak membangun pertemuan karena anaknya (bagi orangtua) dan anak didiknya (bagi guru) tak bermasalah. Karena, guru tentu lebih berfungsi kalau fokus mengajar dan mendidik siswanya ketimbang mengundang orangtua yang anaknya tak bermasalah.

Sekalipun memang ada sesekali guru (baca: sekolah) mengundang orangtua siswa meskipun siswa tak bermasalah. Misalnya, saat sekolah membutuhkan dukungan orangtua karena sekolah akan mengadakan acara, juga ketika sekolah mengadakan penerimaan rapor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun