Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Merawat Nilai Kebaikan dalam Diri Anak

19 Oktober 2024   14:05 Diperbarui: 21 Oktober 2024   14:32 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain, yang menghidupi nilai kebaikan. (Shutterstock via Kompas.com)

Ini artinya, pekerjaan baik sudah dilakukan oleh orangtua. Yaitu, membekali anak-anak untuk dapat menjalani hidup bersama dengan sesama, bahkan lingkungan, dalam relasi yang membawa kenyamanan bersama.

Maka, sudah seharusnya hal demikian dirawat dan dijaga secara kontinu. Untuk menghindari hal yang sudah terlihat baik, jangan hilang dari anak-anak. Caranya, semua orangtua harus menjadi teladan dalam hidup.

Karena, ada saja realitas yang lucu. Begini. Ternyata ada sikap anak yang perlu orang dewasa meneladaninya, lho. Yaitu, mudah memaafkan. Kita sering melihat anak-anak bertengkar, bahkan hingga menangis, tapi begitu mudahnya mereka rukun kembali.

Saat anak-anak sudah akur dan bermain bersama lagi, orangtua mereka malah masih ada yang sama-sama sakit hati. Jadinya, satu dengan yang lain belum dapat rujuk kembali. Ini fakta yang sering kita jumpai, bukan?

Padahal, kita mengetahui bahwa sikap seperti ini perlu segera ditinggalkan. Karena, tak membangun kebaikan. Jauh dari rasa kebersamaan, saling menghargai, dan kerendahan hati.

Tak tepat rasanya jika anak-anak bisa segera pulih dan dapat saling berteman lagi, sementara orangtua justru sebaliknya. Yakni, tak dapat segera pulih dan mencederai ikatan kebersamaan lagi.

Ini justru menjadi contoh yang kontraproduktif bagi anak jika anak mengetahuinya. Sebab, dalam hal ini berarti orangtua tak dapat merawat nilai kebaikan yang sudah dihayati oleh anak dalam hidupnya.

Dan, sedihnya, realitas yang demikian ini tak hanya dapat ditemukan dalam diri orangtua mereka. Tapi, dapat saja ditemukan dalam diri orang-orang lain yang dekat dengan mereka. Bahkan, bisa pula dari berbagai pengalaman, baik langsung maupun melalui media.

Sebab, di ruang publik dan media, baik media arus utama maupun media sosial (medsos) tak jarang terlihat perilaku-perilaku buruk yang dapat dilihat, didengar, dan diketahui oleh anak-anak.

Yang, bukan tak mungkin justru hal ini menggusur nilai-nilai kebaikan yang sudah dihayati oleh anak-anak dalam kehidupannya. Jika realitas ini yang terjadi, maka kita disebut tak dapat merawat nilai kebaikan dalam diri anak.

Yuk, kita lihat mereka saat ini! Memang masih ada anak-anak yang bertahan dalam nilai-nilai kebaikan dalam menjalani kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun