Di jalan kampung menjadi area bermain anak-anak, seperti yang saya deskripsikan di atas, karena memang tak lagi mudah ditemukan tanah lapang, apalagi lapangan. Halaman rumah pun tak ada yang cukup bagi mereka untuk bermain. Maka, jalan kampung menjadi pilihan terbaik.
Kadang sih mengganggu pengendara kendaraan bermotor. Tapi, karena memang area untuk bermain tak tersedia, masyarakat menyadarinya. Sehingga, tak ada masyarakat atau pengendara motor yang memarahi mereka.
Pertemanan yang dibentuk oleh sistem juga ada, yaitu saat anak-anak berada di sekolah. Seperti yang di awal tulisan ini sudah disebut, yaitu di PAUD. Di SD, SMP, dan SMA/SMK juga terjadi hal yang sama.
Baik relasi anak-anak yang terjadi secara alami maupun sistem dalam lingkungan pendidikan, sebenarnya memuat nilai-nilai kehidupan yang perlu terus dirawat. Di antaranya adalah nilai kegotongroyongan, kepedulian, menghargai kebinekaan, kreativitas, permusyawaratan, dan ketuhanan.
Bukankah setiap orangtua dan guru selalu mengajarkan, misalnya, anak-anak untuk rajin beribadah, saling memaafkan, mau peduli sesama, dan saling menghargai?
Contoh nyata yang sering kita jumpai adalah saat orangtua bersama anak di persimpangan jalan berjumpa dengan pengemis. Pasti si anak yang diminta oleh orangtua untuk memberikan uang kepada pengemis.
Ini membuktikan bahwa orangtua mengajarkan sikap peduli anak terhadap orang lain. Orangtua mengajarkan hal ini dengan suka cita.
Dan, masih banyak sikap positif lainnya yang oleh orangtua diajarkan terhadap anaknya. Misalnya, saat anak habis bertengkar dengan temannya, lalu orangtua membimbing anak untuk meminta atau memberi maaf.
Bahkan, hal demikian sering tak hanya dilakukan oleh orangtua anak sendiri. Hampir dapat dipastikan semua orangtua, entah orangtua sendiri atau pun bukan, selalu memberi bimbingan yang positif terhadap anak yang dijumpainya perlu memperoleh bimbingan.
Tak akan punya kehendak untuk membiarkannya. Apalagi malah memperparah keadaan. Tak mungkin hal demikian dilakukan oleh orangtua. Orangtua akan melerai dan meminta mereka untuk saling maaf-memaafkan.
Entah disadari atau tidak, semua ini sebenarnya merupakan penerapan nilai-nilai kebaikan di dalam kehidupannya. Dan, hampir dapat dipastikan setiap orangtua sudah memulainya dari hal-hal yang dihadapi oleh anak-anak dalam hidup sehari-hari.