Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengunjungi Sesepuh, Menemu Air Mata dan Cerita yang Menyehatkan

6 Oktober 2024   23:38 Diperbarui: 7 Oktober 2024   03:00 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Berkunjung ke sahabat yang sudah sepuh, secara bersama. (Dokumentasi pribadi)

Tragedi seperti ini semoga tak terulang lagi. Sangat berbahaya menurut akal pikiran orang, termasuk pikiran kami. Betapa pun, orang seusianya tak seharusnya memanjat. Karena, kata banyak orang dan kami pun memercayai, dalam usia sebegitu, umumnya, keseimbangan sudah tak ada lagi.

Cerita ini yang kemudian mendorong di antara kami mengusulkan untuk menurunkan letak kalender hingga sampai dapat dijangkau tanpa harus memanjat kursi. Dengan cara ini, risiko bahaya (terjatuh) saat menyobek lembar kalender habis bulan akan terhindari.

Masih ada cerita yang lain. Olehnya disebutkan bahwa selama ini ia masih membangun komunikasi melalui gawai dengan salah seorang sahabat, yang saat kunjungan ini juga serombongan dengan kami.

Sahabat yang satu ini memang yang paling muda di antara kami. Yang, dikatakannya setiap saat dimintai bantuan untuk membeli ini atau itu di pasar.

Misalnya, membeli ikan, tahu, tempe, bumbu, dan sayur. Dan, selalu dapat terpenuhi. Puji Tuhan, ada sahabat muda yang selalu siap membantu yang sudah berusia sepuh.

Cerita yang sudah kami dengar ternyata juga berfungsi seperti berfungsinya menangis, apalagi menangis karena bahagia. Tak hanya menyehatkan bagi yang menangis, tapi juga menyehatkan bagi orang lain.

Dalam konteks yang kami alami, misalnya, kami turut merasakan efek kesehatan, setidak-tidaknya batin kami menjadi sehat.

Betapa tidak, saat sesepuh kami menangis, kami tak mengabaikan. Kami mampu mengontrol diri. Kami mengacuhkannya dengan bukti menyediakan ruang senyap agar kami pun dapat merasakan apa yang dirasakannya.

Selain itu, melatih melembutkan perasaan. Karena, di antara kami yang datang mengunjungi, sangat mungkin ada merenung-renung kelak seandainya memasuki usia sepuh seperti sahabat kami yang sepuh ini. Apa yang terjadi kelak? Bagaimana nanti? Apakah akan seperti yang dialami oleh sahabat yang sepuh ini?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menuntun diri untuk introspeksi dan refleksi. Dan, kondisi demikian, bukan mustahil akhirnya mengantar kami, khususnya yang lebih muda, mulai mau menata batin secara lebih terarah.

Kalau cerita? Tak jauh berbeda dengan fungsi menangis, seperti yang sudah disebutkan di atas. Cerita, seperti di atas disarankan dibaca "kesaksian", sudah pasti (sangat) menyehatkan. Sebab, dengan mendengarkan cerita, katakan cerita sesepuh kami ini, pikiran dan benak kami disegarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun