Belum lagi panitia yang terbentuk. Anda tahu? Mereka adalah orang-orang yang mau menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan keluarga. Yang, sebenarnya kemauan mereka ini menyiratkan semangat menghargai pahlawannya dan leluhurnya.
Dalam konteks ini umumnya generasi tua sudah mengestafetkan kepada generasi muda. Yang, ditandai, misalnya, dengan adanya sikap generasi tua menolak menjadi panitia. Ini dalam maksud generasi tua memberi ruang bagi generasi muda untuk mengambil peran dalam kepanitiaan.
Jadi, bukan generasi tua kehilangan sikap menghargai dan merawat spirit pahlawan bangsa. Bukan. Generasi tua tetap memiliki sikap ini. Dan, sikap ini yang diturunkan kepada generasi muda. Agar, sikap ini tetap terjaga dan terus ada (selama hayat dikandung badan).
Karenanya, di RT tempat saya berdomisili, misalnya, panitianya banyak generasi muda. Sekalipun yang generasi tua ada. Tapi, sangat sedikit jumlahnya. Ya, 99 persen generasi muda; satu persen generasi tua.
Mungkin komposisi seperti ini juga terjadi di wilayah RT lain, tak hanya di daerah kami. Tapi, juga di wilayah RT di daerah-daerah lain di seluruh pelosok tanah air. Bukankah begitu?
Dan, memang ini yang harus dilakukan oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Agar, sikap menghargai dan merawat spirit pahlawan bangsa yang cinta tanah air tak pudar. Terus ada dan turun-temurun.
Ketakpudaran ini diwujudkan pula oleh panitia. Yakni, dalam membangun semangat anggota masyarakat mau terlibat dalam kegiatan 17-an. Masyarakat lintas usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Kategori anak-anak, misalnya, selalu dimeriahkan dengan berbagai lomba. Lomba-lomba yang membangun sikap semangat dan nilai kebersamaan, yang biasanya sebagai pilihan utama.
Sebab, ini dapat mengingatkan diri mereka, bahkan juga diri orang dewasa, agar memiliki daya juang tinggi, tak mudah menyerah, dan mau bekerja sama.
Sebab, pada zaman ini, orang dapat bertahan (hidup) jika memiliki daya juang tinggi dan mau berkolaborasi. Perihal daya juang tinggi dan berkolaborasi sudah dimiliki oleh leluhur, termasuk para pahlawan.
Maka, sejatinya, lomba untuk anak-anak, remaja, pemuda, bahkan dewasa saat 17-an bagian dari mengenang dan merawat spirit pahlawan yang mengantarkan Indonesia meraih kemerdekaan.