Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menghargai Pahlawan Dimulai dari Teras Rumah hingga Jalan

2 Agustus 2024   17:19 Diperbarui: 3 Agustus 2024   06:40 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 2: Di Gang Mbah Jati, Desa Jatikulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, tampak bendera pusaka dan umbul-umbul 17-an, 2/8/2024. (Dokumetasi pribadi)

Sudah menjadi ritual nasional pada setiap Agustus, spirit kebangsaan masyarakat Indonesia menggelegak. Sebab, pada setiap Agustus masyarakat Indonesia selalu merasa bahwa semesta memanggil, mengajaknya mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa.

Mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa sudah dimulai sebelum memasuki Agustus. Yaitu, oleh masyarakat Indonesia yang memenuhi wilayah tanah air Indonesia, dari ujung timur hingga barat; dari ujung utara hingga selatan.

Di daerah saya berdomisili, misalnya, sebelum Agustus sudah dibentuk panitia 17-an Agustus (yang selanjutnya disebut panitia) ditingkat desa, rukun warga (RW), dan rukun tetangga (RT). Di tingkat RT, tepatnya di RT tempat saya menjadi salah satu warganya, panitia dibentuk saat rapat RT, tepatnya pada saat Selapanan RT.

Ya, di RT kami, Selapanan diadakan secara rutin secara gilir berganti, dari satu warga ke warga yang lain. Saat Selapanan pada bulan sebelum Agustus, panitia dibentuk, bertempat di teras rumah salah satu warga.

Sebab, saat Selapanan di wilayah RT saya tinggal, warga yang datang tak selalu dapat tertampung di dalam rumah warga. Saking banyaknya warga RT. Jumlahnya ada sekitar seratus KK.

Kami harus melebar duduk lesehan di atas tikar hingga teras, bahkan halaman rumah. Ini terjadi hampir setiap Selapanan. Dan, ini bagian keguyuban kami. Tradisi yang perlu terus dirawat.

Dalam kondisi seperti ini, di dalam jiwa masyarakat Indonesia sudah tumbuh spirit pahlawan bangsa. Sehingga, dapatlah dibentuk panitia, yang melibatkan beberapa warga RT.

Realitas ini (tentu) dijalankan oleh masyarakat lain di Indonesia, tak terkecuali. Perihal tempat pembentukannya tergantung di daerah masing-masing. Di RT tempat saya berdomisili, seperti sudah disebutkan di atas, panitia dibentuk di teras rumah salah satu warga saat Selapanan.

Mungkin ada juga yang dibentuk di ruang khusus, misalnya, yang dilaksanakan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya. Tapi, mungkin juga ada yang dilakukan di jalan-jalan kampung atau desa dengan menggelar tikar dalam kerukunan yang sudah mentradisi.

Seperti itulah jiwa masyarakat Indonesia dalam mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa. Dalam hal membentuk panitia saja, masyarakat tak memedulikan tempat saat membentuknya. Dapat di mana saja, spirit tak pantang menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun