Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menghargai Pahlawan Dimulai dari Teras Rumah hingga Jalan

2 Agustus 2024   17:19 Diperbarui: 3 Agustus 2024   06:40 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1: Rapat panitia 17-an RT 4/RW 6, Desa Jatikulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, 31/7/2024. (Dokumentasi pribadi)

Sudah menjadi ritual nasional pada setiap Agustus, spirit kebangsaan masyarakat Indonesia menggelegak. Sebab, pada setiap Agustus masyarakat Indonesia selalu merasa bahwa semesta memanggil, mengajaknya mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa.

Mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa sudah dimulai sebelum memasuki Agustus. Yaitu, oleh masyarakat Indonesia yang memenuhi wilayah tanah air Indonesia, dari ujung timur hingga barat; dari ujung utara hingga selatan.

Di daerah saya berdomisili, misalnya, sebelum Agustus sudah dibentuk panitia 17-an Agustus (yang selanjutnya disebut panitia) ditingkat desa, rukun warga (RW), dan rukun tetangga (RT). Di tingkat RT, tepatnya di RT tempat saya menjadi salah satu warganya, panitia dibentuk saat rapat RT, tepatnya pada saat Selapanan RT.

Ya, di RT kami, Selapanan diadakan secara rutin secara gilir berganti, dari satu warga ke warga yang lain. Saat Selapanan pada bulan sebelum Agustus, panitia dibentuk, bertempat di teras rumah salah satu warga.

Sebab, saat Selapanan di wilayah RT saya tinggal, warga yang datang tak selalu dapat tertampung di dalam rumah warga. Saking banyaknya warga RT. Jumlahnya ada sekitar seratus KK.

Kami harus melebar duduk lesehan di atas tikar hingga teras, bahkan halaman rumah. Ini terjadi hampir setiap Selapanan. Dan, ini bagian keguyuban kami. Tradisi yang perlu terus dirawat.

Dalam kondisi seperti ini, di dalam jiwa masyarakat Indonesia sudah tumbuh spirit pahlawan bangsa. Sehingga, dapatlah dibentuk panitia, yang melibatkan beberapa warga RT.

Realitas ini (tentu) dijalankan oleh masyarakat lain di Indonesia, tak terkecuali. Perihal tempat pembentukannya tergantung di daerah masing-masing. Di RT tempat saya berdomisili, seperti sudah disebutkan di atas, panitia dibentuk di teras rumah salah satu warga saat Selapanan.

Mungkin ada juga yang dibentuk di ruang khusus, misalnya, yang dilaksanakan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya. Tapi, mungkin juga ada yang dilakukan di jalan-jalan kampung atau desa dengan menggelar tikar dalam kerukunan yang sudah mentradisi.

Seperti itulah jiwa masyarakat Indonesia dalam mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa. Dalam hal membentuk panitia saja, masyarakat tak memedulikan tempat saat membentuknya. Dapat di mana saja, spirit tak pantang menyerah.

Belum lagi panitia yang terbentuk. Anda tahu? Mereka adalah orang-orang yang mau menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan keluarga. Yang, sebenarnya kemauan mereka ini menyiratkan semangat menghargai pahlawannya dan leluhurnya.

Dalam konteks ini umumnya generasi tua sudah mengestafetkan kepada generasi muda. Yang, ditandai, misalnya, dengan adanya sikap generasi tua menolak menjadi panitia. Ini dalam maksud generasi tua memberi ruang bagi generasi muda untuk mengambil peran dalam kepanitiaan.

Jadi, bukan generasi tua kehilangan sikap menghargai dan merawat spirit pahlawan bangsa. Bukan. Generasi tua tetap memiliki sikap ini. Dan, sikap ini yang diturunkan kepada generasi muda. Agar, sikap ini tetap terjaga dan terus ada (selama hayat dikandung badan).

Karenanya, di RT tempat saya berdomisili, misalnya, panitianya banyak generasi muda. Sekalipun yang generasi tua ada. Tapi, sangat sedikit jumlahnya. Ya, 99 persen generasi muda; satu persen generasi tua.

Mungkin komposisi seperti ini juga terjadi di wilayah RT lain, tak hanya di daerah kami. Tapi, juga di wilayah RT di daerah-daerah lain di seluruh pelosok tanah air. Bukankah begitu?

Dan, memang ini yang harus dilakukan oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Agar, sikap menghargai dan merawat spirit pahlawan bangsa yang cinta tanah air tak pudar. Terus ada dan turun-temurun.

Ketakpudaran ini diwujudkan pula oleh panitia. Yakni, dalam membangun semangat anggota masyarakat mau terlibat dalam kegiatan 17-an. Masyarakat lintas usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Kategori anak-anak, misalnya, selalu dimeriahkan dengan berbagai lomba. Lomba-lomba yang membangun sikap semangat dan nilai kebersamaan, yang biasanya sebagai pilihan utama.

Sebab, ini dapat mengingatkan diri mereka, bahkan juga diri orang dewasa, agar memiliki daya juang tinggi, tak mudah menyerah, dan mau bekerja sama.

Sebab, pada zaman ini, orang dapat bertahan (hidup) jika memiliki daya juang tinggi dan mau berkolaborasi. Perihal daya juang tinggi dan berkolaborasi sudah dimiliki oleh leluhur, termasuk para pahlawan.

Maka, sejatinya, lomba untuk anak-anak, remaja, pemuda, bahkan dewasa saat 17-an bagian dari mengenang dan merawat spirit pahlawan yang mengantarkan Indonesia meraih kemerdekaan.

Termasuk pengibaran bendera merah putih, pemasangan umbul-umbul, dan aksesori lain terkait 17-an di depan rumah, kantor, rumah ibadat, pabrik, dan sepanjang tepi jalan, baik jalan kampung, gang, maupun jalan protokol, juga merupakan perwujudan mengenang, menghargai, dan merawat spirit pahlawan bangsa.

Ilustrasi 2: Di Gang Mbah Jati, Desa Jatikulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, tampak bendera pusaka dan umbul-umbul 17-an, 2/8/2024. (Dokumetasi pribadi)
Ilustrasi 2: Di Gang Mbah Jati, Desa Jatikulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, tampak bendera pusaka dan umbul-umbul 17-an, 2/8/2024. (Dokumetasi pribadi)

Pun berbagai aktivitas lainnya menjelang hingga malam tirakatan, yang umumnya dilaksanakan 16 Agustus, malam, dalam perkumpulan warga di tingkat RT, RW, desa, dan seterusnya merupakan bentuk-bentuk mengenang, menghargai, dan merawat spirit pahlawan bangsa termaksud.

Anda pasti mengetahui malam tirakatan dalam kebiasaan dan tradisi masing-masing sesuai dengan kekhasan daerah. Pasti beragam.

Tapi, adanya perkumpulan warga, baik anak-anak, remaja, pemuda, maupun dewasa, yang bersama mengenang dan merenungkan perjuangan para pahlawan merupakan poin yang sama, yang tak boleh ditiadakan di dalam tirakatan.

Jadi, dalam semuanya itu tergambar tentang betapa masyarakat Indonesia menjunjung tinggi jasa para pahlawan bangsa, tak melupakan leluhurnya.

Dan, bahkan memiliki spirit untuk menjaganya agar tetap lestari dengan cara meneruskan garis estafet dari generasi ke generasi, yang hingga kini tetap berlangsung.

Selamat menyambut dan merayakan HUT Ke-79 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Nusantara Baru Indonesia Maju!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun