Artinya, membiarkan mereka dalam kesedihan dan kekecewaan sama saja dengan membunuh karakter mereka. Yang, membuatnya tak memiliki keberanian melangkah optimis ke masa depan.
Itu sebabnya, sekolah dan orangtua yang memiliki kedekatan dengan anak harus bersikap secara positif. Melihat mereka dengan penuh perhatian dan sayang. Menerima mereka dengan sangat terbuka.
Sekolah, yang sekalipun bukan sekolah idaman mereka, harus menyambutnya dengan kegembiraan. Merengkuh mereka dengan syukur dan berterima kasih.
Dengan begitu, anak merasa dihargai keberadaannya. Ia merasa masih memiliki pihak-pihak yang sangat peduli. Ia masih melihat ada pihak-pihak yang memberinya ruang untuk berlindung.
Ini memang tantangan bagi sekolah. Sebab, sekolah harus mampu menyambut anak-anak yang sebenarnya menolak belajar di sekolah termaksud menjadi mau menerimanya. Mengubah benak mereka yang tak acuh terhadap sekolah menjadi acuh.
Memulainya dari guru dan karyawan sekolah yang ramah terhadap anak. Lingkungan yang memberi rasa nyaman terhadap anak. Pun demikian peserta didik terdahulu, yaitu kakak tingkatnya, memberi jaminan rasa aman terhadap mereka.
Selain itu, anak-anak harus mendapat layanan informasi, belajar, konseling, dan layanan yang lain yang semestinya ada di sekolah secara memuaskan. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mereka perlu diberi bantuan.
Tapi, yang memiliki efek lebih terasa, saya pikir, peran positif orangtua. Jauh dari sikap arif jika orangtua memarahi anak ketika anak tak diterima di sekolah idaman karena dianggapnya anak tak bisa.
Orangtua justru perlu membangun komunikasi yang lebih intens. Yang, menandai bahwa orangtua menerima dengan sangat terbuka keadaan yang sedang dialami anak.
Sekaligus memberi motivasi positif. Bahwa sang anak tak sendiri. Ada orangtua dan saudara yang selalu membersamai. Untuk berjuang dalam meraih cita-cita. Bahkan, menghadapi tantangan pun, keluarga berada dalam kebersamaan.
Memang tak mudah membangun semangat anak dalam persoalan ini. Saya sendiri mengalaminya. Tapi, tak mudah bukan berarti tak dapat diatasi.