Dengan Pak Totok, yang saat itu sibuk membakar sate, yang kemudian kami mengetahuinya bahwa ia generasi ketiga Mbah Jastro, saya izin mengambil beberapa gambar. Memfoto, maksud saya.
Dan, puji syukur, diizinkan. Bahkan, kami akhirnya dapat berkomunikasi dengannya sembari menunggu giliran kami mendapat sate kerbau. Ia menceritakan silsilah Sate Kerbau Pak Min Jastro, yang kini diteruskannya.
Awalnya, pada 1950, Jastro, kakek Pak Totok, menjual sate kerbau. Lalu, dilanjutkan oleh ayah Pak Totok, Min sebutannya. Jadilah papan nama warung sate kerbau yang kini dikelola oleh Pak Totok diberi identitas "Sate Kerbau Min Jastro".
Saya mengetahui ada tiga jenis hidangan sate di warung Sate Kerbau Min Jastro, setelah dijelaskan oleh Pak Totok. Yaitu, sate dari daging kerbau yang digebug (dikeprek); sate koyor kerbau; sate jeroan kerbau. Kami memesan dua jenis, yaitu daging dan koyor.
Di piring yang beralas daun pisang dijejer sate kerbau, daging dan koyor, di hadapan kami. Aromanya langsung menyeruak ke lubang hidung kami. Aromanya khas. Tentu saja rasanya juga khas. Nasi putih di atas piring yang beralas daun pisang dalam hitungan detik sudah berada di hadapan kami. Lalu, disusul semangkok lombok yang dikukus, juga bumbu dalam baskom yang berupa adonan kacang dan gula jawa.
Kami siap menyantapnya. Saya tak menuangkan bumbu di sate yang sudah siap disantap bersama nasi. Sebab, tanpa bumbu pun, rasanya (ternyata) sudah nikmat. Sedangkan teman saya menuangkan bumbu di sate yang sudah menyatu dengan nasi setelah beberapa lombok dilumat di piringnya. Ia menikmatinya, terlihat lahap selahap saya.
Anda boleh menikmati sate kerbau ini tak harus menuangkan bumbu. Sebab, bumbu sate sudah melekat juga di sate yang dibakar. Ketika dibakar, sate terlebih dulu dicelupkan kedalam bumbu. Maka, saya, yang tak suka manis-manis, cukup menikmatinya tanpa menuangkan bumbu.
Jika Anda menyukai dominan manis, silakan tuangkan bumbu sesuai kesukaan Anda. Toh, bumbu yang disediakan di dalam baskom boleh secara bebas pembeli menikmatinya. Pastilah nikmat sesuai selera lidah Anda.
Jangan kaget, saat memesan dan duduk, Anda akan disuguhi sepiring sate. Boleh dimakan semua. Boleh juga sebagian. Karena, saat hendak membayar setelah usai menyantapnya, yang dihitung tusuk satenya. Jadi, besar kecilnya membayar tergantung banyak sedikitnya tusuk sate. Sate yang masih lebih dipiring tak ikut hitungan sehingga tak perlu dibayar.