Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Siswa Kami (ternyata) Relawan di Pengungsian Korban Terdampak Banjir

25 Maret 2024   16:02 Diperbarui: 28 Maret 2024   16:04 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 3: Bintang (paling kiri) bersama ibu relawan sedang menerima bantuan untuk pengungsi dari warga. (Dokumentasi pribadi)

Mereka jarang terlibat di bagian logistik. Bagian ini lebih banyak ditangani oleh ibu-ibu. Tentu sangat wajar. Sebab, perihal penyiapan kebutuhan pangan, ibu-ibu sudah biasa.

Ilustrasi 3: Bintang (paling kiri) bersama ibu relawan sedang menerima bantuan untuk pengungsi dari warga. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 3: Bintang (paling kiri) bersama ibu relawan sedang menerima bantuan untuk pengungsi dari warga. (Dokumentasi pribadi)

Hanya, Radit dan Galang, panggilan khas Fadil Galang Rachmadani, mengaku bahwa selama terlibat di pengungsian, baik yang pertama maupun yang kedua, mereka ikut menangani di bagian logistik.

Radit bagian mendata logistik yang dikeluarkan atau dibutuhkan oleh pengungsi. Sementara itu, Galang mencatat logistik yang masuk ke pengungsian dari masyarakat.

Sekalipun mereka lebih fokus di bagian data, keterlibatan mereka dalam penanganan pengungsi sangatlah bermanfaat. Tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi bermanfaat juga bagi orang lain yang terhubung.

Termasuk bagi sekolah. Sebab, Nindi, Bintang, dan teman-temannya yang sudah ambil peran dalam peduli kemanusiaan mendapat pengalaman berharga. Yaitu, menguatkan sikap empatinya (secara langsung) terhadap pengungsi. Yang, di sekolah hal itu tak pernah didapatnya.

Menguatkan sikap empati dengan terjun langsung di antara pengungsi membutuhkan tekad yang besar. Apalagi usia mereka masih relatif remaja. Yang, diakui atau tidak, usia yang umumnya masih ingin bersenang-senang.

Tapi, tak bagi mereka. Bersenang-senang dalam kondisi banyak orang mengungsi karena musibah alam, jauh dari kamus mereka. Mereka membuang keinginan bersenang-senang, tapi menjemput kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan perhatian.

Memang momen seperti Nindi, Bintang, dan teman-temannya alami tak selalu ada. Sebab, tak ada satu pun di antara kita mengharap ada musibah alam (lagi).

Tapi, sekurang-kurangnya, mereka cerdas memanfaatkan momen ini untuk menguatkan sikap pedulinya terhadap sesama yang membutuhkan secara langsung.

Sikap peduli terhadap sesama yang mereka miliki boleh jadi memang sudah terbentuk sejak lama. Sebab, mereka ini ternyata anak-anak yang menyukai aktivitas Pramuka di sekolah. Tak sekadar simpatisan Pramuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun