Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengetahui Siswanya Berpacaran di Sekolah, Guru Harus Bagaimana?

19 Januari 2024   18:05 Diperbarui: 20 Januari 2024   00:46 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi remaja pacaran (shutterstock via shutterstock)

Tapi, ternyata, tak mesti di ruang kelas, dapat saja di lokasi yang lain di lingkungan sekolah yang dipandang aman.

CCTV sudah dipasang di beberapa titik di lingkungan sekolah. Tapi, posisi CCTV pun tetap menjadi bagian yang dicermati sehingga niat berpacaran tetap dapat dilakukan.

Ilustrasi siswa berduaan, diambil dari himitsunohime.wordpress.com
Ilustrasi siswa berduaan, diambil dari himitsunohime.wordpress.com

Itulah niat berpacaran yang dapat saja tumbuh di hati siswa. Yang, dapat saja ditemukan dalam diri siswa di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan yang sederajat dan di tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan yang sederajat. Siswa di tingkat sekolah dasar (SD) dan yang sederajat? Semoga tak ada!

Berpacaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya menjalin hubungan cinta kasih dengan lawan jenis, tetapi belum atau tidak terikat perkawinan.

Dalam konteks relasi siswa, duduk berduaan lawan jenis dan bercengkerama, tanpa ada teman yang membersamai, sudah diisukan berpacaran. Isu itu pasti cepat ramai menyebar di kalangan siswa.

Bahkan, mereka duduk berdekatan bercengkerama di dalam ruang kelas yang saat itu banyak siswa (lain), dapat saja ditengarai mereka berpacaran. Bahkan, sangat mungkin dalam kasus yang demikian menimbulkan rasa tak nyaman di kalangan siswa (lain). Sehingga penyebarannya justru semakin cepat di kalangan siswa.

Apalagi kalau waktu usai pembelajaran, saat siswa yang lain sudah pulang, mereka berduaan di lokasi yang agak tersembunyi dari pandangan mata, sudah pasti perilaku tersebut berpacaran.

Guru yang menemukan siswa berpacaran di sekolah, seperti itu, tentu saja tak membiarkannya. Tanggung jawab moral yang mendorong guru mengajak siswa bersangkutan berkomunikasi mengenai perihal perbuatannya.

Tentu ini sifatnya tertutup. Artinya, ketika membangun komunikasi dipastikan tak ada orang lain, apalagi siswa lain, yang mengetahui. Kalaupun ada pihak lain, sangat terbatas.

Yaitu, pihak yang memiliki keterjalinan dalam pembinaan siswa, misalnya, guru Bimbingan dan Konseling (BK), Wali Kelas, Pembina organisasi siswa intra sekolah (OSIS), dan Kesiswaan dapat ambil bagian di dalamnya.

Selepas terjalin komunikasi, diharapkan pada waktu-waktu selanjutnya tak terjadi lagi perilaku serupa pada diri siswa bersangkutan. Dalam prediksi siswa telah memahami dan menyadari bahwa masa depannya membutuhkan sebuah perubahan perilaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun