Tapi, ternyata, tak mesti di ruang kelas, dapat saja di lokasi yang lain di lingkungan sekolah yang dipandang aman.
CCTV sudah dipasang di beberapa titik di lingkungan sekolah. Tapi, posisi CCTV pun tetap menjadi bagian yang dicermati sehingga niat berpacaran tetap dapat dilakukan.
Itulah niat berpacaran yang dapat saja tumbuh di hati siswa. Yang, dapat saja ditemukan dalam diri siswa di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan yang sederajat dan di tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan yang sederajat. Siswa di tingkat sekolah dasar (SD) dan yang sederajat? Semoga tak ada!
Berpacaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya menjalin hubungan cinta kasih dengan lawan jenis, tetapi belum atau tidak terikat perkawinan.
Dalam konteks relasi siswa, duduk berduaan lawan jenis dan bercengkerama, tanpa ada teman yang membersamai, sudah diisukan berpacaran. Isu itu pasti cepat ramai menyebar di kalangan siswa.
Bahkan, mereka duduk berdekatan bercengkerama di dalam ruang kelas yang saat itu banyak siswa (lain), dapat saja ditengarai mereka berpacaran. Bahkan, sangat mungkin dalam kasus yang demikian menimbulkan rasa tak nyaman di kalangan siswa (lain). Sehingga penyebarannya justru semakin cepat di kalangan siswa.
Apalagi kalau waktu usai pembelajaran, saat siswa yang lain sudah pulang, mereka berduaan di lokasi yang agak tersembunyi dari pandangan mata, sudah pasti perilaku tersebut berpacaran.
Guru yang menemukan siswa berpacaran di sekolah, seperti itu, tentu saja tak membiarkannya. Tanggung jawab moral yang mendorong guru mengajak siswa bersangkutan berkomunikasi mengenai perihal perbuatannya.
Tentu ini sifatnya tertutup. Artinya, ketika membangun komunikasi dipastikan tak ada orang lain, apalagi siswa lain, yang mengetahui. Kalaupun ada pihak lain, sangat terbatas.
Yaitu, pihak yang memiliki keterjalinan dalam pembinaan siswa, misalnya, guru Bimbingan dan Konseling (BK), Wali Kelas, Pembina organisasi siswa intra sekolah (OSIS), dan Kesiswaan dapat ambil bagian di dalamnya.
Selepas terjalin komunikasi, diharapkan pada waktu-waktu selanjutnya tak terjadi lagi perilaku serupa pada diri siswa bersangkutan. Dalam prediksi siswa telah memahami dan menyadari bahwa masa depannya membutuhkan sebuah perubahan perilaku.