Karena dalam proses itu, orangtua di depan dituntut memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi motivasi. Gambaran semacam ini, sekarang, boleh jadi belum semua orangtua melakukan. Tentu saja dengan beragam alasan.
Tapi, demi kepentingan anak-anak (di masa sekarang dan depan), tak keliru kalau kita bersepakat mulai mau menggaungkan semboyan pendidikan tersebut dikenakan juga terhadap orangtua.
Pemerintah desa, melalui kegiatan pertemuan rukun tetangga (RT) (biasanya diikuti oleh bapak-bapak) dan pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) (biasanya diikuti oleh ibu-ibu), misalnya, dapat mengampanyekannya.
Dengan begitu, jiwa ing ngarsa sung tuladha; ing madya mangun karsa; tut wuri handayani dihayati secara bersama-sama oleh guru dan orangtua.
Toh, memang, pendidikan bagi anak-anak (baca: generasi penerus) tak hanya menjadi tanggung jawab guru (baca: sekolah). Tapi, juga tanggung jawab orangtua dan masyarakat, seperti yang sejak dahulu kala sudah dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Bagaimana?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI