Karena dalam realitasnya tak semua siswa dalam kondisi baik-baik saja. Ada siswa yang sejak dari dalam keluarga atau pergaulan kondisi mentalnya perlu ditata. Karena ada pengaruh kontraproduktif yang sudah merasuk dalam diri siswa.
Di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, ada beberapa siswa yang setelah diajak berdialog dengan guru bimbingan dan konseling (BK) diketahui mereka memiliki masalah dalam keluarga.
Sebetulnya masalah orangtua, tapi masalah yang dihadapi orangtua itu ternyata dapat berdampak (berat) terhadap siswa (baca: anak). Tak semangat dalam belajar.
Dan, sangat mungkin kejadian semacam itu dialami oleh siswa di sekolah lain, baik sekolah yang berada di perkotaan maupun pedesaan. Guru, dalam konteks demikian, tentu tak membiarkannya. Guru harus membantu siswa menemukan solusi agar semangat belajar siswa tumbuh
Memang tak mudah bagi guru ketika menghadapi siswa yang demikian. Sebab, ia harus membangun komunikasi dengan banyak pihak, termasuk dengan orangtua siswa sekalipun ada risiko. Tapi, dalam proses itulah, sebetulnya, membangun semangat belajar siswa sudah dimulai oleh guru, yang kemudian tentu membutuhkan kelanjutan.
Selanjutnya, di belakang, guru harus memberi motivasi. Siswa yang sudah hadir di sekolah, di ruang belajar, setidak-tidaknya sudah memiliki "niat" untuk belajar. Sekecil apa pun "niat" itu dapat dibesarkan dengan motivasi guru.
Karenanya, sekecil apa pun potensi siswa harus tetap diberi ruang tumbuh kembang oleh guru. Kesempatan tumbuh kembang tak hanya disediakan bagi siswa yang sudah memiliki potensi besar.
Sebab, umumnya, siswa yang sudah memiliki potensi besar selalu ingin memanfaatkan ruang tumbuh kembang. Karena siswa, betapa pun, memiliki hasrat untuk semakin diakui oleh guru. Sekalipun sebetulnya guru sudah sangat mengakuinya.
Memang harus disadari oleh guru bahwa siswa yang sudah memiliki potensi besar dan ingin terus mengisi ruang tumbuh kembang yang disediakan oleh guru bagi semua siswa, dapat dijadikan pendorong juga bagi siswa yang lain, termasuk siswa yang memiliki potensi lebih kecil. Tapi, sekalipun begitu mereka tak boleh mendominasi keberlangsungan proses pembelajaran.
Yang pasti menghargai potensi siswa yang sangat mungkin berbeda satu dengan yang lain, sangat membantu siswa untuk mengalami tumbuh kembang dalam proses belajar secara wajar.Â
Bagian ini sangat penting disadari oleh guru. Dengan menghargai secara sama terhadap semua potensi siswa, tak ada satu pun siswa yang "niat" belajarnya malah menurun.