Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengintip di Balik Kebijakan Masuk Sekolah Pukul 05.00

6 Maret 2023   12:28 Diperbarui: 8 Maret 2023   15:23 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat, tentang masuk sekolah pukul 05.00 WITA merupakan langkah yang berani. Sebab, kebijakan itu  berbeda dengan prinsip umum.

Masuk sekolah umumnya pukul 07.00 sesuai waktu setempat. Hal ini tentu sudah dipertimbangkan oleh pihak yang berkepentingan. Yaitu, pemerintah pusat, daerah, dinas pendidikan, dan lembaga terkait yang lain.

Salah satu pertimbangan penting tentu bersumber dari kesiapan anak. Masuk sekolah pukul 07.00 diperkirakan anak sudah siap karena tidur anak sudah cukup.

Katakan anak tidur pukul 21.00, bangun pukul 05.00/06.00, berarti mereka sudah tidur selama 7 sampai 8 jam. Ini waktu tidur untuk anak-anak remaja, SMP dan SMA/SMK dan yang sederajat. Untuk anak-anak SD ke bawah tentu lebih panjang karena tidurnya lebih sore.

Sepanjang waktu itu cukup bagi kita, termasuk anak-anak, tidur. Begitu bangun, keadaan badan sudah kembali segar yang kemudian dipandang siap mengikuti aktivitas, termasuk belajar di sekolah.

Selain itu, pukul 07.00 merupakan waktu bagi banyak orang mulai bekerja. Baik orang yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta. Bahkan, orang yang bergerak di bidang wiraswasta, buruh bangunan, buruh tani, dan yang lain.

Jadi, kalau anak masuk sekolah pukul 07.00 telah sesuai dengan waktu banyak orang beraktivitas. Orangtua bekerja; anak-anak belajar di sekolah. Dengan begitu, orangtua dan anak-anak sama-sama beraktivitas.

Kebijakan masuk sekolah pukul 05.00 WITA, yang oleh pejabat berwenang di NTT ditujukan untuk membangun disiplin, semangat belajar, dan sumber daya manusia (baca: siswa) yang berprestasi, bukan tidak mungkin tersembunyi maksud yang sesungguhnya.

Maka, ketika kita melihat sebatas adanya perubahan waktu yang tidak lazim, tentu menimbulkan pro dan kontra. Tidak hanya terjadi  pro dan kontra di masyarakat, tetapi juga terjadi di pihak yang berwenang di bidang pendidikan.

Sebab, kalau hanya memajukan waktu belajar di sekolah lebih pagi dihubungkan dengan siswa menjadi lebih disiplin, semangat belajar meningkat, dan siswa menjadi unggul, agaknya kurang relevan.

Tetapi, saya mencoba mengintip di balik kebijakan itu ada kehendak baik untuk kemajuan pendidikan. Yang, barangkali tidak langsung mengarah kepada siswa, tetapi (sebenarnya) mengarah kepada guru.

Memang tidak bisa dimungkiri bahwa ada konsekuensi yang dihadapi siswa karena kebijakan itu. Mereka harus tidur lebih sore, bangun lebih pagi, dan berangkat sekolah lebih pagi daripada biasanya.

Pun demikian bagi guru. Sama persis seperti yang dihadapi siswa. Tetapi, ada konsekuensi yang lebih penting bagi guru, yaitu guru ditantang untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.

Pengalaman masa kecil

Sebab, hal itu mengingatkan saya ketika saya masih SMP. Tepatnya, saat sekolah mengadakan kegiatan rekreasi yang diikuti oleh siswa Kelas III. Destinasinya berada di Yogyakarta.

Disepakati berangkat pukul 04.30 WIB. Saya semalaman sulit tidur. Karena, yang terbayang di otak saya adalah segera berangkat rekreasi ke Yogyakarta. Dan saya kira teman-teman saya waktu itu mengalami hal serupa.

Semalaman sulit tidur dan ingin segera fajar tiba karena rekreasi ke Yogyakarta sangat menarik bagi kami, anak-anak SMP, waktu itu. Jadi, sekalipun fajar harus berangkat, kami memiliki semangat yang tinggi.  Kami tidak memedulikan waktu.

Selain semalaman sudah menanti, bukti yang menunjukkan bahwa kami memiliki semangat yang tinggi adalah tidak ada anak yang terlambat  tiba di lokasi parkir bus, semua terlihat riang gembira, lincah, gesit, dan segar bugar. Waktu itu, kami yang masih anak-anak, sangat siap!

Ya, karena -seperti yang sudah disebutkan di atas- acara rekreasi ke Yogyakarta sangat menarik. Kami sudah membayangkan bahwa di Yogyakarta nanti pasti menemukan hal-hal yang menghibur, mengejutkan, menakjubkan, mengagumkan, dan menyenangkan. Pasti sesuatu yang tidak pernah kami temukan di desa kami. Sesuatu yang baru.

Hanya sekadar sampai menaiki bus saja sudah merasa sangat senang. Memang ini sarana yang baru kali pertama kami menaiki. Siapa pun pasti bangga. Melihat-lihat dalamnya bus, bagi kami waktu itu, juga sangat menyenangkan. Ini pengalaman baru bagi kami.

Ini maksud yang tersembunyi

Sebenarnya pengalaman waktu kecil saya itu hanya sebagai analogi. Bahwa dalam pembelajaran, guru harus menyajikan pembelajaran yang menarik. Tentu saja hal demikian dapat terwujud jika ada peran guru yang kreatif dan inovatif.

Ketika sekolah merancang rekreasi untuk kami waktu itu tentu ada peran guru yang berpikiran maju dan berkembang. Sehingga, muncullah tujuan rekreasi ke Yogyakarta.

Itu awal  tahun 1980-an. Belum banyak televisi. Seingat saya, kalau kami ingin melihat televisi (hitam-putih) harus ke desa sebelah. Dan, sepertinya televisi itu satu-satunya yang menjadi hiburan bersama.

Melihat kondisi seperti itu, sudah pasti guru kami belum memiliki banyak referensi. Maka, munculnya kegiatan rekreasi ke Yogyakarta merupakan bukti nyata bahwa guru kami berpikir kreatif dan inovatif.

Rekreasi itu semacam pembelajaran di luar ruang yang bersifat khas, baru, dan karenanya menarik. Sekalipun saya yakin, guru-guru kami waktu itu belum memaknainya sebagai pembelajaran di luar ruang. Sebutannya hanya sebatas rekreasi, atau kalau tidak salah piknik.

Berdasarkan uraian di atas, dalam konteks pengajaran, pembelajaran yang menarik yang menimbulkan rasa penasaran selalu dirindukan oleh siswa. Kapan dan di mana pun pembelajaran itu dilaksanakan, siswa selalu mengejar. Bukan mustahil jika pembelajaran menarik, bisa-bisa mereka malah lupa waktu.

Kadang guru menjumpai siswa lupa waktu istirahat atau pulang karena pembelajaran sangat menarik dan menantang. Bahkan, mereka "memaksa" guru untuk terus membersamainya.

Realitas seperti itu, sebenarnya, sekarang pun mudah kita jumpai di sekolah. Cermati saja anak-anak yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Karena begitu menghayatinya, mereka sering lupa bahwa waktu sudah magrib. Sampai-sampai orangtua mencarinya.

Ya, selama ini kegiatan ekstrakurikuler digandrungi oleh siswa karena kegiatan ekstrakurikuler lebih menyenangkan dan menarik  ketimbang kegiatan intrakurikuler.

Dalam kegiatan itu anak-anak (baca: siswa) rerata disiplin waktu. Mereka datang tepat waktu. Bahkan, sering-sering jauh sebelum waktu ekstrakurikuler dimulai, mereka sudah datang. Sungguh mereka mempersiapkan diri secara sempurna.

Dari situ terbaca bahwa kegiatan (baca: pembelajaran) yang menyenangkan dan menarik dapat mendisiplin waktu siswa. Kalau siswa sudah disiplin waktu, bisa dipastikan mereka juga disiplin dan bertanggung jawab dalam mengikuti pembelajaran.

Selanjutnya, siswa yang terlahir dari proses itu adalah siswa yang berprestasi; siswa yang unggul. Yang, telah menjadi kesepakatan bersama bahwa buah pendidikan adalah siswa yang berprestasi dan unggul.

Inilah hasil saya mengintip di balik kebijakan Gubernur NTT tentang jam masuk sekolah lebih pagi. Bukan persoalan waktu masuk sekolah pukul 05.00 (atau 05.30) WITA. Bukan. Tetapi, lebih mempersoalkan  sudahkah guru di NTT, atau lebih luasnya guru di Indonesia, selama ini menyajikan pembelajaran yang kreatif dan inovatif bagi siswa?

Sebab, siswa sangat mungkin tidak mempersoalkan waktu jika pembelajaran yang disajikan oleh guru membuatnya penasaran. Saya dan teman-teman sewaktu SD sangat penasaran terhadap Yogyakarta -yang dirancang oleh guru- sehingga semalaman sulit tidur dan ingin menyegerakan fajar tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun