Sampai-sampai akhirnya saya berkelakar dalam obrolan tersebut bahwa kebanyakan siswa putri sepertinya sudah mengalami "gangguan mental". Karena sepertinya mereka lebih percaya diri mengenakan masker daripada melepas masker sekalipun di tempat terbuka.
Padahal, pada masa sebelum pandemi Covid-19, saya yakin mereka percaya diri meskipun tidak mengenakan masker. Berhadapan dengan orang lain terbuka. Saya pun yakin bahwa ketika mereka berbicara dengan orang lain tanpa tangannya menutup sebagian wajahnya.
Sehingga lawan berbicara dapat melihat ekspresi wajahnya. Dengan begitu, lawan berbicara lebih mudah memahami maksud pembicaraannya. Maksud bahasa ujar diperkuat dengan ekspresi wajah.
Dengan begitu, lawan berbicara lebih mudah merespon. Karena tentu saja berbicara tanpa masker lebih lantang, tidak terhalang. Kata-kata yang diucapkan sangat jelas.
Perbedaan tersebut sudah begitu jelas penyebabnya. Pertama, fasilitas anak-anak zaman sekarang sangat terpenuhi. Atau dengan bahasa lain, mereka dipermudah oleh fasilitas yang ada.
Kedua, adanya pandemi Covid-19 mengondisikan mereka lebih santai. Sekolah saja dari rumah, secara daring. Belum lagi adanya keringanan-keringanan terkait dengan tugas dan pekerjaan mengingat kuota, sinyal, dan jarak.
Waktu itu sekolah juga memiliki kebijakan yang mengenakkan siswa. Misalnya, guru jangan mahal-mahal dalam memberi nilai terhadap siswa. Guru pun harus mempermudah tugas dan pekerjaan siswa.
Itulah yang akhirnya melahirkan generasi yang sekarang harus diperjuangkan secara lebih serius agar menjadi generasi yang andal. Tidak loyo, tetapi cekatan. Mau berkreasi dan berinovasi.
Seperti anak-anak seangkatan si sulung, yang demikian ia katakan, oleh karena minimnya fasilitas, mereka "dipaksa" untuk dapat berkreasi dan berinovasi, berani dan percaya diri, terbuka dan bersuara.
Toh ketika itu situasi dan kondisi memang memberi ruang bagi mereka untuk tumbuh kembang secara optimal. Misalnya, sekolah tidak membuat kebijakan khusus untuk mengenakkan mereka. Guru pun melakukan tugas dan fungsi pembimbingan dan penilaian secara normal, tidak murah-murahan.
Ini bagi orangtua