Dengan ragu, Sudar melangkah mengikutinya. Sesampai di dalam, tampak Taji bertanya kepada seorang pelayan. Kemudian menyampaikan kepada Sudar bahwa di situ tidak menjual sabun.
"Kita mampir sebentar di sini menikmati teh Turki", ujar Taji.
"Silakan duduk dulu di sini, saya pesankan teh", imbuhnya.
Meskipun merasa aneh dan asing, Sudar duduk di sofa yang ditunjuk Taji. Perasaannya semakin tidak enak ketika menyaksikan kondisi di sekitarnya.
Sudar duduk ditemani Taji, dan kembali mengobrol ringan, sembari menikmati teh Turki. Di Tengah obrolan, Taji memanggil dua cewek muda, dan mengenalkannya kepada Sudar.
"Ini teman saya," ujar Taji kepada dua cewek tersebut. Sudar merasa semakin tidak nyaman ketika melihat penampilan dua cewek yang dikenalkan kepadanya. Muncul rasa takut dan cemas.
"Saya mau kembali ke hotel saja", ungkap Sudar, memberanikan diri. Ia ingin lepas dari situasi itu.
"Di sini saja, nikmati malammu... Bisa ditemani dua cewek ini", ungkap Taji.
"Tidak, saya tidak bisa..." Sudar terbata-bata.
"Kalau begitu, silakan bayar dulu dua cangkir teh yang kita nikmati ini", ujar Taji, sembari memanggil pramusaji.
Ketika waiters datang menyodorkan nota, Sudar kaget setengah mati. Tertulis harga 20.000 Lira Turki untuk dua cangkir teh. Setara dengan Rp. 9 juta (sembilan juta rupiah). Harga yang tidak masuk akal.