Hari sebelumnya Sudar pernah menikmati teh Turki, harganya hanya 150 Lira atau setara dengan Rp. 68.000 saja untuk satu cangkir teh. Di sini satu cangkir teh dikenakan harga 10.000 Lira. Jelas bentuk pemerasan.
"Saya tidak mau membayar ini, karena harganya tidak masuk akal," ujar Sudar.
"Anda sudah meminumnya. Anda tidak bertanggung jawab kalau tidak mau membayar," ungkap Taji. Sudar kebingungan.
"Saya bantu bayar setengahnya, 10.000 Lira. Anda bayar 10.000 Lira," Taji tetap memaksa.
"Saya tidak punya uang," Sudar menjawab dengan penuh rasa cemas bercampur takut.
"Pakai kartu juga bisa," Taji masih terus memojokkan Sudar.
"Lihat, saya hanya punya uang 250 Lira, dan tidak punya kartu," ungkap Sudar sembari menunjukkan dompetnya.
"Ya sudahlah, kamu kasihkan ke pramusaji uang kamu itu", ujar Taji.
Sudar segera memberikan 250 Lira yang ada di dompetnya, sembari melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Sudar melangkah dengan cepat, khawatir jika dicegah oleh Taji. Beruntung Taji tidak mencegahnya.
Kini ia tidak memiliki uang lagi. Bagaimana untuk kembali ke Hote? Beruntung Sudar masih memiliki paket data internet. Ia segera mencari Lokasi Hotel Ista melalui gps, dan berjalan kaki untuk kembali ke hotel.
Ternyata lumayan jauh. Sekitar 1,5 km berjalan kaki menuju hotel. Dengan panduan gps, memudahkannya menemukan lokasi Hotel Ista.