Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Istambul, Jangan Mudah Percaya Kepada Orang Asing yang Menawarkan Kebaikan

26 Desember 2024   01:42 Diperbarui: 26 Desember 2024   01:42 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.chasingthedonkey.com

Seorang teman saya, sebut saja namanya Sudar --bukan nama sebenarnya, menceritakan pengalaman pahit saat sedang rekreasi di Istambul, Turki. Saat itu ia menginap di sebuah hotel bersama rombongan dari Indonesia. Sebut saja namanya hotel Ista --juga bukan nama sebenarnya.

Sudar adalah seorang pengajar di sebuah pondok pesantren modern di Indonesia. Sedang acara traveling ke Turki untuk lanjut menunaikan ibadah umrah ke tanah suci.

Musim liburan akhir tahun membuat suasana kota Istambul sangat ramai dengan turis berbagai negara. Hotel Ista tempat Sudar menginap termasuk padat. Sangat banyak tamu berbagai kebangsaan yang menginap di hotel tersebut.

Malam itu, Sudar merasa memerlukan beberapa perlengkapan mandi, seperti sabun dan shampo. Ia segera melangkah keluar menuju sebuah toko kecil di samping hotel. Sayang, kebutuhan yang dicari tidak ada di toko itu.

Sudar melangkah kembali ke hotel. Sampai di depan hotel, seorang lelaki asing menyapanya dalam bahasa Inggris. Ia mengenalkan diri, dan mengaku berasal dari Tajikistan. Sebut saja namanya Taji --bukan nama sebenarnya. Taji mengaku menginap di Hotel Ista, tempat Sudar menginap.

Setelah mengobrol sesaat, Taji bertanya mengapa Sudar keluar hotel? Apa yang dicari? Sudar segera menceritakan kebutuhan membeli sabun mandi, namun di toko sebelah tidak ada.

Taji segera menawarkan bantuan. "Mari saya antar ke toko lainnya. Menggunakan mobil yang saya sewa saja, karena jarak tokonya cukup jauh," ujarnya.

Sudar yang merasakan kebaikan lelaki itu, segera mengikuti ke mobil. Mereka berdua berkendara, hingga tiba di sebuah tempat yang dalam pikiran Sudar adalah toko --untuk membeli sabun mandi.

Namun ketika turun dari mobil dan diajak masuk ke sebuah bangunan, ternyata bukan toko atau supermarket. Sebuah night club. Sudar sangat kaget ketika diajak masuk ke dalam night club tersebut.

"Mari kita cari keperluanmu di sini", ujar Taji.

Dengan ragu, Sudar melangkah mengikutinya. Sesampai di dalam, tampak Taji bertanya kepada seorang pelayan. Kemudian menyampaikan kepada Sudar bahwa di situ tidak menjual sabun.

"Kita mampir sebentar di sini menikmati teh Turki", ujar Taji.

"Silakan duduk dulu di sini, saya pesankan teh", imbuhnya.

Meskipun merasa aneh dan asing, Sudar duduk di sofa yang ditunjuk Taji. Perasaannya semakin tidak enak ketika menyaksikan kondisi di sekitarnya.

Sudar duduk ditemani Taji, dan kembali mengobrol ringan, sembari menikmati teh Turki. Di Tengah obrolan, Taji memanggil dua cewek muda, dan mengenalkannya kepada Sudar.

"Ini teman saya," ujar Taji kepada dua cewek tersebut. Sudar merasa semakin tidak nyaman ketika melihat penampilan dua cewek yang dikenalkan kepadanya. Muncul rasa takut dan cemas.

"Saya mau kembali ke hotel saja", ungkap Sudar, memberanikan diri. Ia ingin lepas dari situasi itu.

"Di sini saja, nikmati malammu... Bisa ditemani dua cewek ini", ungkap Taji.

"Tidak, saya tidak bisa..." Sudar terbata-bata.

"Kalau begitu, silakan bayar dulu dua cangkir teh yang kita nikmati ini", ujar Taji, sembari memanggil pramusaji.

Ketika waiters datang menyodorkan nota, Sudar kaget setengah mati. Tertulis harga 20.000 Lira Turki untuk dua cangkir teh. Setara dengan Rp. 9 juta (sembilan juta rupiah). Harga yang tidak masuk akal.

Hari sebelumnya Sudar pernah menikmati teh Turki, harganya hanya 150 Lira atau setara dengan Rp. 68.000 saja untuk satu cangkir teh. Di sini satu cangkir teh dikenakan harga 10.000 Lira. Jelas bentuk pemerasan.

"Saya tidak mau membayar ini, karena harganya tidak masuk akal," ujar Sudar.

"Anda sudah meminumnya. Anda tidak bertanggung jawab kalau tidak mau membayar," ungkap Taji. Sudar kebingungan.

"Saya bantu bayar setengahnya, 10.000 Lira. Anda bayar 10.000 Lira," Taji tetap memaksa.

"Saya tidak punya uang," Sudar menjawab dengan penuh rasa cemas bercampur takut.

"Pakai kartu juga bisa," Taji masih terus memojokkan Sudar.

"Lihat, saya hanya punya uang 250 Lira, dan tidak punya kartu," ungkap Sudar sembari menunjukkan dompetnya.

"Ya sudahlah, kamu kasihkan ke pramusaji uang kamu itu", ujar Taji.

Sudar segera memberikan 250 Lira yang ada di dompetnya, sembari melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Sudar melangkah dengan cepat, khawatir jika dicegah oleh Taji. Beruntung Taji tidak mencegahnya.

Kini ia tidak memiliki uang lagi. Bagaimana untuk kembali ke Hote? Beruntung Sudar masih memiliki paket data internet. Ia segera mencari Lokasi Hotel Ista melalui gps, dan berjalan kaki untuk kembali ke hotel.

Ternyata lumayan jauh. Sekitar 1,5 km berjalan kaki menuju hotel. Dengan panduan gps, memudahkannya menemukan lokasi Hotel Ista.

Sesampai di hotel ia merasa sangat lega. Bisa lepas dari penipu yang berpura-pura menawarkan kebaikan. Ia segera bercerita kepada teman-teman satu rombongan, jangan percaya kepada orang asing yang menawarkan kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun