Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggapai Keharmonisan Rumah Tangga Anggota Polri

27 Juni 2022   17:45 Diperbarui: 27 Juni 2022   17:57 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menciptakan Keseimbangan

Kehidupan manusia harus dibangun di atas dasar keseimbangan. Jika keluarga tidak mampu menjaga keseimbangan, yang akan muncul adalah penderitaan. Sementara itu, penderitaan yang muncul dalam kehidupan rumah tangga, lebih membahayakan dibandingkan dengan penderitaan yang muncul dalam dunia pekerjaan.

Tara Parker-Pope, pengarang buku "For Better: The Science of a Good Marriage" menyatakan bahwa ilmu kesehatan jiwa menemukan bahwa stres yang muncul dalam kehidupan rumah tangga ternyata memberikan pengaruh yang lebih buruk untuk kesehatan dibandingkan dengan stres di lingkungan pekerjaan.

"Karena stres dalam rumah tangga dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan seringkali sulit untuk dielak atau dihindari, dan banyak pasangan selalu terpapar dengan masalah ini setiap hari, setiap bulan dan bahkan setiap dekade," ungkap Parker-Pope.

Untuk itu, setiap anggota Polri harus mampu menciptakan kesimbangan dalam kehidupan berumah tangga. Di antara keseimbangan yang harus diciptakan adalah, antara togetherness dan separateness. Ini adalah cara bagi suami dan istri untuk menemukan kohesi, yang membuat mereka merasakan kenyamanan satu dengan yang lain.

David H Olson (2000) menyatakan, "Cohesion is a feeling of emotional closeness with another person". Kohesi adalah suasana kedekatan emosional antara suami dan istri. Dalam teori Olson, kohesi justru didapatkan dari keseimbangan antara "separateness" dan "togetherness". Keseimbangan antara ketakbersamaan dengan kebersamaan.

Kohesi baru akan tercipta apabila pasangan suami istri mampu menyeimbangkan kebersamaan dan ketakbersamaan. Jika terlalu banyak separateness, bisa memunculkan kekeringan cinta. Mereka yang tengah menjalani LDR, harus pandai mengelola kohesi, agar tidak mengalami gejalan kekeringan cinta.

Sebaliknya, jika terlalu banyak togetherness, bisa menimbulkan kebosanan. Pada contoh pasangan suami istri yang berada dalam kondisi kebersamaan secara lekat secara terus menerus, misalnya karena kerja di instansi yang sama, pada bagian yang sama dan di ruang yang sama, harus dikelola dengan tepat, agar tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan.

Pada hakikatnya, semua hal harus dijaga keseimbangannya. Termasuk keseimbangan menjaga tugas kedinasan sebagai anggota Kepolisian dengan tugas hidup berumah tangga. Tugas untuk menjadi abdi negara, serta tugas sebagai suami / istri dan orangtua bagi anak-anak. Keseimbangan adalah kunci keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.

Selamat Hari Bhayangkara ke-76 untuk Kepolisian Indonesia. Semoga mampu menggapai keluarga harmonis bahagia dalam lindungan Allah Ta'ala, sehingga meningkatkan kinerja sebagai "Rastra Sewakottama" atau abdi utama bagi nusa dan bangsa.

Bahan Bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun