Puasa Ramadan 1438 H berakhir hari ini, Sabtu 24 Juni 2017. Bilangan bulan Ramadan tahun ini adalah duapuluh sembilan hari. Hampir pasti tidak ada perbedaan dalam penentuan Idul Fitri dari dua ormas besar Indonesia, NU dan Muhammadiyah. Semua akan melaksanakan shalat Idul Fitri besok pagi, Ahad 25 Juni 2017, walaupun tentu kita masih akan menunggu pengumuman resmi Pemerintah RI nanti malam selepas maghrib.
Setelah melewati Ramadan sebulan penuh dengan berbagai macam kegiatan ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah, diharapkan akan ada peningkatan taqwa dalam diri setiap muslim. Hal inilah yang menjadi tujuan puasa sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai la'allakum tattaqun --agar kamu semua menjadi bertaqwa (QS. Al Baqarah : 183). Jika tujuan berpuasa ini tercapai, maka sifat-sifat orang bertaqwa akan semakin nyata dalam kepribadian kita.
Memberi Maaf adalah Sifat Taqwa
Salah satu sifat orang bertaqwa adalah kemampuan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Menariknya, yang dijadikan sifat taqwa bukanlah kemampuan meminta maaf kepada orang lain, namun justru memaafkan kesalahan orang lain. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa; (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan" (QS. Ali Imran : 133 -- 134).
Ayat di atas menggambarkan sifat orang bertaqwa yang kelak akan mendapatkan balasan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Salah satu sifat taqwa adalah 'aafiina 'aninnaas, yaitu memaafkan kesalahan orang lain. Dalam ayat ini, tidak ada keterangan tambahan tentang siapa yang diberi maaf, namun digunakan bentuk umum. 'Aafiina 'aninnaas bermakna memaafkan kesalahan manusia pada umumnya, walaupun mereka tidak meminta maaf kepada kita.
Jika kesalahan manusia pada umumnya saja dimaafkan, apalagi kesalahan orang-orang terdekat dan kita cintai. Tentu harus lebih mudah lagi untuk memberikan maaf, walaupun mereka tidak meminta maaf. Mengapa kita harus memaafkan kesalahan orang lain, padahal mereka tidak meminta maaf kepada kita? Jawaban pertama adalah, karena kita ingin memiliki sifat orang bertaqwa. Jawaban kedua adalah, karena sangat banyak ayat dan hadits Nabi Saw yang mengarahkan kita agar mudah memaafkan kesalahan orang lain. Dan jawaban ketiga adalah, karena memaafkan itu menyehatkan dan membahagiakan.
Memberi Maaf adalah Perintah Allah dan Rasul-Nya
Berikut ayat-ayat dalam Al Qur'an yang memerintahkan kepada kita agar memaafkan kesalahan orang lain, serta menunjukkan posisi orang-orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain:
"Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf" (QS. Al A'raf : 199).
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun" (QS. Al Baqarah : 263).