***
Di Pondok Harum. Dari sela papan, Kirana melihat ketujuh lelaki itu mendekat.
Bhayangkara Biru mendekat!!
“Me…mereka datang…” wajah Kiran memucat.
Perlahan Dhanapati menggenggam jemari gadis itu.
“Tenanglah. Mereka bukan Bhayangkara Biru…”
“Oh, bagaimana kamu tahu?”
Dhanapati tersenyum, seakan pertanyaan gadis itu terasa lucu di telinga.
“Jika mereka Bhayangkara Biru, kita sekarang pasti sudah terluka parah. Atau mungkin sudah tewas. Jika mereka Bhayangkara Biru, pasti sejak tadi mereka sudah berada di bubungan rumah, mengamati kita, dan menghabisi kita diam-diam…”
Dhanapati mengintip dari sela-sela papan. Dan kemudian menatap Kiran.
“Bhayangkara Biru tak pernah melakukan kesalahan. Bahkan kesalahan terkecil, seperti menginjak daun kering. Kami biasa bergerak dalam diam. Lagipula, Bhegawan itu pemimpin yang efektif. Jika ingin menghabisi aku, dia tak perlu mengirimkan semua anggota Bhayangkara Biru. Satu atau dua anggota sudah lebih dari cukup!!”